17 August 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Liputan » Dia Adalah Anakku

Dia Adalah Anakku

Posted by :hartoyo Posted date : 13 March 2012 In Liputan Comments Off on Dia Adalah Anakku

Foto : Facebook Asrianty PurwantyJakarta. ourvoice.or.id – Terbuka terhadap identitas sebagai homoseksual, bukan sesuatu yang muda bagi seorang gay maupun lesbian di Indonesia.  Jika selama ini berani terbuka atau biasa disebut dengan coming out hanya pada kelompok tertentu.  Misalnya sesama kelompok homoseksual sendiri ataupun dengan teman dekat sepermainan. Pilihan untuk menutup diri identitas homoseksual karena banyak faktor, salah satu dampak adalah diskriminasi, kekerasan dan stigma pada seseorang yang coming out.

Dari pengalaman Ourvoice bersama komunitas homoseksual ataupun biseksual, pihak yang paling “terakhir” atau sedikit mau terbuka dengan pihak keluarga.  Apalagi dengan kedua orang tua.  Banyak sebab mengapa seorang homoseksual tidak ingin menceritakan ataupun diskusi dengan kedua tua tentang orientasi seksualnya.  Selain ketakutan orang tua marah ataupun mendapatkan kekerasan, tetapi ada yang paling mendasar alasannya, biasanya seorang anak tidak ingin membuat kedua orang tua merasa “bersalah” atau sedih.  Merasa bersalah karena memiliki anak seorang gay. Jadi dasarnya karena kecintaan anak pada orang tua.  Tapi ada dasar lain juga tentang ketabuan pendidikan seks dibahas dalam keluarga.

Begitu juga orang tua sulit menerima anak homoseksual bukan semata-mata benci terhadap homoseksual tetapi karena tidak ingin anaknya mengalami kekerasan, ejekan dan kesulitan hidup dimasa depan.  Apalagi keyakinan agama yang sering mendasari bagi orang tua menolak anak  homoseksual.  Kuatir anaknya masuk neraka, begitulah salah satu faktor penolakan orang tua. Tapi sepertinya ada “benang merah” yang sama antara anak dan orang, sama-sama tidak terbuka-tidak menerima soal homoseksual, yaitu saling mencintai.

Berikut ini seorang ibu, bernama Asrianty yang telah bergulat pada diri sendiri ketika akhirnya menerima anak keduanya sebagai seorang gay. Bukan keputusan yang mudah ibu yang satu ini sampai pada putusan menerima orientasi seksual anaknya sebagai gay. Prinsipnya saya ingin anak saya bahagia dari apa yang telah dia pilih dan tentukan, ungkap Anty kepada team Ourvoice, Jakarta Selatan.  Berikut hasil wawancara team Ourvoice dengan Asrianty Purwanty.  Selamat mendengarkan. 

Share Button
Tags
anak homoseksualcoming OutOurvoice
tweet
15 Remaja Gay Tewas Dirajam di Irak
Pernikahan Palsu di China makin marak‘Gay wives’ face legal limbo

Related posts

  • Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok Masyarakat Rentan

    Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok ...

    15 June 2022

  • Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Semua Orang

    Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang ...

    27 April 2022

  • Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

    Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas ...

    25 April 2022

  • Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok Marginal

    Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok ...

    5 January 2022

  • Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ADB

    Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ...

    30 December 2021

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.