17 May 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Internasional » Indonesia-Amerika: Antara Benci dan Cinta

Indonesia-Amerika: Antara Benci dan Cinta

Posted by :Alumni SK Posted date : 10 November 2012 In Internasional Comments Off on Indonesia-Amerika: Antara Benci dan Cinta

(Ilustrasi : http://www.dw.de/dapd)

(Ilustrasi : http://www.dw.de/dapd)

Ourvoice.or.id. Cinta sekaligus benci: adalah metafora klise tapi paling tepat menggambarkan hubungan Indonesia-Amerika.

Jajak pendapat Lembaga Survey Indonesia menampilkan potret karikatural:

Ketika ada pertanyaan: negara mana yang paling anda anggap mengancam? Mayoritas menyebut: Amerika.

Tapi ketika ditanya: kalau punya kesempatan, negara mana yang paling ingin anda kunjungi? Sebagian besar menjawab: Amerika.

Antara yang benci dan suka bersaing ketat: sejumlah polling menunjukkan prosentase yang suka dan benci Amerika di Indonesia hanya berbeda tipis.

Jika majalah Newsweek beberapa pekan setelah tragedi 11 September lewat laporan utamanya bertanya: Why They Hate America?

Maka ada banyak jawaban: orang Indonesia melihat Amerika berkhianat karena mendukung rezim diktator militer orde baru. Korporasi raksasa tambang Amerika dianggap simbol eksploitasi. Dan terakhir, kebijakan di dunia muslim dan perang melawan terorisme.

Ada banyak alasan untuk benci, tapi ada banyak alasan pula untuk suka.

Jakarta adalah etalase: orang rela antre berjam-jam untuk membeli produk Apple terbaru. Starbuckstersebar di mana-mana.

Amerika adalah salah satu penanam modal terbesar di Indonesia. Setiap tahun semakin banyak pelajar yang ingin kuliah di Amerika.

Hal lain: Amerika kini menggeser haluan. Jika dulu, Eropa dan Timur Tengah dianggap mitra paling strategis, maka prioritas itu kini bergeser ke Asia.

Gesture Paman Sam jelas menunjukkan keinginan untuk mendekat ke Indonesia. Satu langkah dua tujuan tercapai: memperkuat kerjasama dengan negara berpenduduk muslim yang punya demokrasi serta pertumbuhan ekonomi paling menakjubkan di satu sisi. Membendung pengaruh Cina di sisi lain.

The Post American World, begitulah para ahli menyebut dunia hari ini. Tak ada lagi monopoli tunggal Amerika, karena Cina, India atau bahkan Indonesia, kini semakin berkembang menjadi kekuatan baru.

Dunia yang berubah menyediakan banyak kesempatan. Tergantung kita: apakah akan terus curiga dan selalu melihat orang lain sebagai ancaman, atau peluang untuk maju?

Penulis : Andy Budiman/http://www.dw.de

 

Share Button
Tags
Gaygay newsLGBTIQOurvoice
tweet
Kesuksesan bagi Pernikahan Sejenis
Papua: Ketidakadilan dan Represi

Related posts

  • Pemerintah Tokyo Berencana Untuk Memulai Sistem Kemitraan Sesama Jenis Pada November

    Pemerintah Tokyo Berencana Untuk Memulai Sistem Kemitraan ...

    14 May 2022

  • Museum LGBTQ+ Pertama di Inggris Dibuka di London

    Museum LGBTQ+ Pertama di Inggris Dibuka di ...

    10 May 2022

  • Norwegia Meminta Maaf Atas Undang-Undang Yang Melarang Seks Gay 50 Tahun Setelah Dekriminalisasi

    Norwegia Meminta Maaf Atas Undang-Undang Yang Melarang ...

    22 April 2022

  • Jalan Pelan tapi Pasti Singapura Menuju Dekriminalisasi Homoseksualitas

    Jalan Pelan tapi Pasti Singapura Menuju Dekriminalisasi ...

    11 April 2022

  • Teknologi ‘Pemotongan’ DNA Baru Dapat Menjadi Jalan untuk Menyembuhkan HIV

    Teknologi ‘Pemotongan’ DNA Baru Dapat Menjadi Jalan ...

    6 April 2022

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.