19 May 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Liputan » Mahasiswa UNAS Berdialog Tentang LGBT

Mahasiswa UNAS Berdialog Tentang LGBT

Posted by :Alumni SK Posted date : 27 June 2013 In Liputan Comments Off on Mahasiswa UNAS Berdialog Tentang LGBT
Mahasiswa UNAS Bedialog soal LGBT (Foto : Yatnapelangi/Ourvoice

Mahasiswa UNAS Bedialog soal LGBT (Foto : Yatnapelangi/Ourvoice

Ourvoice.or.id- Terik Matahari Jakarta dan hamburan kemacetan tak mematahkan Our Voice tuk bertandang menghandiri undangan diskusi Mingguan  yang diadakan oleh Kelompok Studi Mahasiswa KSM (KSM) Universitas Nasional, Jakarta.

Siang itu tepat pukul 13.40, Ramzy salah satu anggota KSM membuka diskusi dengan menjelaskan tentang KSM Unas.  Mereka adalah sebuah kelompok mahasiswa/wi,  yang melakukan kegiatan kajian dan diskusi Mingguan seputar wacana pro demokrasi, pluralisme, dan isu-isu sosial lainya.

Kali ini isu yang diangkat pada Selasa 25 Juni 2013 yaitu  tentang lebih dekat dengan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Lima belas menit setelah Hartoyo, dari Our Voice memberikan presentasi tentang LGBT, maka ruang dialog tanya jawab dibuka untuk membuka  keingintahuan peserta tentang LGBT.

Kapan kamu menjadi gay?

Sebuah pertanyaan dari peserta sebagai pembuka diskusi yang kemudian dijawab langsung oleh Hartoyo, dan Hartoyo melempar pertanyaan tersebut kepada penanya? Kapan kamu jadi hetero? Dengan wajah yang penuh kebingungan sang penanya-pun tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Pertanyaan diatas memang terbaca sangat sederhana namun memerlukan jawabanan yang tidak sederhana,  menurut saya orientasi seksual sebagai sebuah pilihan seseorang tidaklah bisa diduga ataupun diprediksi seperti halnya cuaca. Kadang bisa terik seterik-teriknya dan kadang malah hujan tiba-tiba. Biarkan cuaca itu datang dan pergi dalam kehidupan kita.

Kembali pada pertanyaan yang menohok diatas, banyak pendapat  berkeliaran dibuku-buku dan hasil penelitian yang dilakukan oleh para intelektual, diantaranya mengatakan bahwa : Homoseksual karena faktor genetik, dan ada juga yang mengatakan karena faktor trauma, dan anehnya lagi ada yang mengatakan karena faktor lingkungan.

Hingga kini beragam cara dan pertanyaan terus didesak untuk dijawab oleh kelompok homoseksual, padahal pertanyaan serupa jarang sekali dipertanyaan kepada kelompok heteroseksual. Dan ini jelas bahwa sebagai kelompok yang minoritas maka homoseksual selalu dipojokan dalam berbagai hal termasuk dalam bernegara.

Contoh kecil tentang pengabaian Negara terhadap kelompok homoseksual yaitu tidak adanya rasa aman yang bisa dinikmati oleh para LGBT diseluruh negeri ini, sebagai contoh kasus tahun 2012 ketika kawan-kawan Waria mengadakan malam budaya, tiba-tiba sekelompok orang memaksa untuk membubarkan kegaiatan tersebut padahal mereka bukanlah aparat keamanan dan juga bukan orang yang berhak melakukan pembubaran.

Selain itu Negara dalam beberapa tahun belakangan ini ada beberapa pemerintah daerah membuat kebijakan/peraturan daerah yang diskriminatif terhadap LGBT, contohnya Perda Kota Palembang No.2 Tahun 2004. Dalam Perda itu mengelompokan LGBT sebagai tindakan pelacuran.

Ini menandakan bahwa para pembuat kebijakan yang berada ditahta kekuasaan memilliki pemikiran yang makin mundur karena mengatur wilayah privasi menjadi wilayah Negara.

Dan yang tak malah menariknya pada diskusi ini juga muncul pertanyaan peran media dalam mengangkat isu-isu seputar LGBT.

Pasca reformasi pemberitaan seputar LGBT lebih banyak diangkat dari pada jaman orde baru,  serta lahirnya beberapa organisasi yang memperjuangkan hak-hak LGBT kian mewarnai perjuangan hak-hak LGBT di Indonesia.

Walau harus diakui bahwa sampai saat ini media yang ramah terhadap LGBT masih bisa dihitung dengan jari, tapi sebagai sebuah komunitas tentunya LGBT tidak semestinya bergantung terhadap media mainstream agar dia berpihak pada LGBT secara penuh.

Sekarang ini yang perlu dilakukan adalah membangun media sendiri  sebagai wadah aspirasi dan pemberitaan yang lebih positif. Tidak cukup hanya sampai disitu kita juga perlu membuka ruang-ruang perjumpaan dengan segala kalangan tentang keragaman seksualitas yang ada di Nusantara.

Sesi Foto bersama diakhir diskusi (Foto : Yatnapelangi/Ourvoice)

Sesi Foto bersama diakhir diskusi (Foto : Yatnapelangi/Ourvoice)

Kami di Our Voice sangat senang jika ada kawan-kawan ataupun komunitas yang ingin mengenal LGBT lebih dekat, kami akan berusaha datang dan bertandang untuk berbagi cerita tentang keragaman seksualitas yang ada di Indonesia. (Yatna Pelangi).

 

 

Share Button
Tags
Gaygay newsHeadlineHomoseksualkelompok studi mahasiswa unasksmLGBTLGBTIQOurvoiceourvoice indonesiaunasuniversitas nasionalYatna Pelangi
tweet
Pasangan sesama jenis di AS dapat tunjangan perkawinan
Rayakan Gay Pride, restoran di London sajikan burger pelangi

Related posts

  • Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Semua Orang

    Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang ...

    27 April 2022

  • Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

    Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas ...

    25 April 2022

  • Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok Marginal

    Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok ...

    5 January 2022

  • Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ADB

    Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ...

    30 December 2021

  • Acara Pembukaan Sekretariat Perkumpulan SuaraKita

    Acara Pembukaan Sekretariat Perkumpulan SuaraKita

    1 November 2021

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.