7 July 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Liputan » Diskusi Film Out Of Dark: Kelompok LGBT Harus Berjaringan Dengan Kelompok Lain.

Diskusi Film Out Of Dark: Kelompok LGBT Harus Berjaringan Dengan Kelompok Lain.

Posted by :Alumni SK Posted date : 18 February 2014 In Liputan Comments Off on Diskusi Film Out Of Dark: Kelompok LGBT Harus Berjaringan Dengan Kelompok Lain.

 

Nong Darol Mahmada, Narasumber Diskusi

Nong Darol Mahmada, Narasumber Diskusi

Suarakita.org- Out Of The Dark  merupakan film yang  membidik kompleksitas masalah percintaan sejenis dengan cukup lugas.

Berlatar belakang konflik Israel-Palestina, film ini menceritakan kisah cinta Nimer dan Roy. Nimer adalah seorang mahasiswa psikologi asal Ramallah Palestina sedangkan Roy adalah seorang pengacara asal Israel. Konflik yang ditampilkan pun amat rumit, dari mulai penerimaan diri,  konflik keluarga hingga politik dua negara tersebut.

“Film ini betul betul beyond, melebihi segala-galanya” ungkap Nong Darol Mahmada, Narasumber dalam acara diskusi dan nonton bareng film Out of Dark yang dilaksanakan di sekeretariat Suara Kita, Minggu 16 Februari 2014.

Nong pun membandingkan film ini dengan film Bubble, film gay yang juga berlatar belakang konflik Palestina-Israel. Menurut Nong, film Out of Dark lebih menawarkan optimisme dibandingkan dengan film the Bubble. Hal itu dapat dilihat dari akhir cerita film yang menampilkan  Nimer keluar Israel menuju Perancis sedangkan film Bubble diakhiri dengan pilihan tokoh utamanya untuk melakukan bom bunuh diri. “Jika kamu tidak mampu mengubah kondisi  di suatu tempat maka berhijrahlah” kata Nong.

Relasi beda agama yang ingin diinstitusikan ke dalam bingkai pernikahan, perdebatannya memang belum selesai. Apalagi relasi beda agama dan homoseksual  pula, dalam konteks Indonesia masih perlu waktu panjang untuk diterima. “Untuk itu aktivis LGBT harus menjaga stamina” ujar Nong.

Dalam konteks keberagaman di Indonesia, LGBT harus berperan aktif dalam menjaga keberagaman tersebut. Ketika ada kelompok Ahmadiyah yang disakiti, ketika ada kelompok Kristen yang tidak bisa mendirikan tempat ibadah, maka kelompok LGBT tidak bisa menganggap  masalah itu hanya masalah mereka melainkan masalah kelompok LGBT juga. “Kelompok LGBT harus terbuka dan membangun jaringan dengan kelompok lain” kata Nong. (Gusti Bayu)

Share Button
Tags
Gusti BayuHeadlinelgbt indonesiaNonton barengOut Of The darkPluralismeSuara Kita
tweet
Menyambut 56 pilihan jender dari Facebook. Surprise?
Kontroversi Morfin Sebagai Obat

Related posts

  • Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok Masyarakat Rentan

    Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok ...

    15 June 2022

  • Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Semua Orang

    Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang ...

    27 April 2022

  • Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

    Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas ...

    25 April 2022

  • Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok Marginal

    Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok ...

    5 January 2022

  • Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ADB

    Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ...

    30 December 2021

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.