Suarakita.org- Saat sedang mencari literatur mengenai kelompok gay untuk diulas, saya menemukan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paula Krisanty, mahasiswa Universitas Mahidol Thailand. Tesis Krisanty (2007) untuk syarat pemenuhan sarjana master of arts ini meneliti tentang cairnya subjektivitas seksual para eksekutif muda gay di Jakarta, Indonesia, dalam konteks kehidupan sehari-hari mereka; untuk menjelaskan praktek seksual dari eksekutif muda gay; untuk menjelaskan kebutuhan kesehatan seksual dan permasalahannya yang mereka hadapi di kehidupan sehari-hari; dan untuk menjelsakan faktor kontekstual yang berpengaruh padah kecairan seksual, keperluan kesehatan seksual mereka dan permasalahannya.
Di dalam tesis Krisanty (2007) ini dijelaskan bagaimana orientasi seksual mereka diterima dan dipahami oleh masyarakat, yang masih berpikir bahwa homoseksualitas adalah sebuah keburukan, mengarahkan mereka dalam bersikap dalam lingkungan kerja, bersifat professional tanpa melibatkan perasaan cinta.. Di dalam penelitian ini banyak di expose bagaimana rasanya menjadi gay di perkotaan. Menurut para informan, menjadi gay adalah suatu kebanggan bagi mereka yang mengarahkan mereka bagaimana mereka melakukan “body project” untuk memenuhi subjektivitas seksual mereka di era metroseksual ini.
Pengertian dan hasrat seksual melibatkan sebuah perasaan yang mendorong mereka untuk membedakan antara seks dan rasa cinta. Situasi seperti ini yang mengarahkan mereka dalam mebuat keputusan untuk mempraktekkan safe sex dengan pasangan mereka. Konsep ruang dan waktu yang dapat kita lihat dari bagaimana mereka menghadirkan perilaku seksual yang sangat cair di antara mereka, seperti peralihan dari heteroseksual menuju homoseksual atau ruang privat menjadi ruang publik, atau untuk memenuhi hasrat di rumah ‘kucing’ (gay brothels). Faktor kontekstual dipertajam dan lebih nyata dalam penelitian ini mengenai peraturan baru di Palembang, Sumatera Selatan, yang menjadikan homoseksualitas sebagai bagian dari aktivitas prostitusi dan menajdikan hal tersebut sebagai tindak kriminal.
Hasil penelitian ini cukup menarik untuk dibaca bagi teman-teman LGBT khususnya teman-teman gay. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pembukaan diri teman teman gay muda di tengah-tengah kehidupan mapannya sebagai seorang eksekutif. Penelitian ini juga melihat bagaimana wacana di media tentang gay seringkali membuat citra teman-teman gay jadi buruk, salah satunya adalah wacana tentang “gay identik dengan HIV-AIDS”. Walaupun penelitian ini dilakukan di sekitar tahun 2006 hingga tahun 2007, hal tersebut masih relevan sampai saat ini. Bagaimana citra tentang gay seperti sengaja di produksi untuk menjadi negatif dalam dunia yang bias heteronormatif. Kutipan menarik dari Paula Krisanty, “Homoseksual bukan tindak ilegal selama tidak ada hukum yang menyebutkan tentang itu. Homoseksual menjadi hal yang menakutkan karena diskursus dalam masyarakat itu sendiri, menciptakan rasa paranoia untuk menjadi homoseksual”. (Fira)
Makalah lengkap dapat diunduh di bawah ini
19 February 2022
27 January 2022
1 June 2021
22 August 2019
9 August 2019