8 March 2021
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Internasional » Melawan Seksisme

Melawan Seksisme

Posted by :Alumni SK Posted date : 2 November 2014 In Internasional 0
Laura Bates

Laura Bates

Suarakita.org– Mengalami pelecehan di trem, seorang perempuan London mengumpulkan kisah-kisah seksisme yang dialami banyak perempuan. Tanggapan menggebu dan proyeknya menarik perhatian kalangan pembuat kebijakan.

Laura Bates, akademisi berusia 27 tahun, bekerja paruh waktu di London. Pelecehan seksual yang ia alami, mendorongnya untuk mulai melawan hal itu.

“Waktu itu, dalam perjalanan pulang naik trem saya berbicara di telepon dengan ibu, tiba-tiba seorang lelaki meraba-raba paha saya,” tuturnya kepada DW. “Dengan suara keras saya ucapkan apa yang berlangsung. ‘Ada laki-laki yang meraba saya.’ Yang mengejutkan itu, tidak satu orangpun di trem itu yang berusaha membantu. Semua malah buang muka.”

Bates mulai bertanya kepada teman-temannya mengenai pengalaman serupa. Ia menjadi lebih kaget lagi, karena nyatanya ia bukan sendirian.
“Setiap perempuan yang saya tanyai punya cerita pribadi. Bukan pengalaman di masa lampau, tetapi yang aktual, baru terjadi hari ini atau kemarin,” urai Bates. “Pelecehan seksual begitu sering terjadi, tetapi didiamkan saja, karena sudah dianggap sebagai hal yang normal.”

Bates berharap orang lain juga mengalami pencerahan seperti dirinya. Iapun berfikir, andaikan semua cerita para perempuan ini dikumpulkan dan bisa dibaca di satu tempat, maka akan terlihat bahwa seksisme itu masalah yang besar.

Berdampak besar
Inilah yang mendorong Bates memulai situs “Everyday Sexism”, seksisme dalam keseharian. Awalnya hanya beberapa perempuan yang menuliskan pengalaman mereka. Namun sebulan kemudian, Bates men-tweet komentarnya dan viral ke ribuan orang. Musim panas 2012, proyeknya diangkat oleh sebuah harian Inggris.

“Setelah itu bagai banjir bandang” ungkap Bates. “Semua surat kabar menulis tentang masalah ini, surat berdatangan dari seluruh dunia. Cerita-cerita menggunung, sekarang yang saya menerima hampir 1,000 kisah setiap harinya.”

Bates berhenti bekerja sambilan sebagai aktris dan berkonsentrasi sepenuhnya pada proyek itu. Kebutuhan hidupnya ditutup dengan menjual tulisan ke majalah. Banyak relawan menawarkan jasa untuk memajukan situsnya.

Sukses Internasional
Belakangan Bates mulai aktif menggalang dana melalui platform crowd-funding atau pendanaan massal. Ia ingin agar situsnya lebih mudah digunakan oleh pembacanya dan bisa berfungsi di seluruh dunia. Sekarang situs ini melayani 15 negara termasuk Jerman, Rusia dan Brasil.
Lebih menarik lagi adalah keberhasilan Proyek “Everyday Sexism” di lingkungan perusahaan besar.

Mei lalu, Bates dan timnya meluncurkan kampanye Facebook agar komentar dan gambar-gambar misoginis dihapus, seperti yang dilakukan terhadap komentar dan materi yang rasis atau anti-gay dan lesbi.

“Itu capaian,” komentar Bates. “Bagi mereka untuk menanggapi secara publik dan memberi komitmen atas tuntutan kami itu sangat mengagumkan, merupakan titik perubahan.”

Kekuatan politik
Proyek “ Everyday Sexism” juga menarik perhatian kaum politisi. Anggota parlemen dari partai Hijau, Caroline Lucas menggunakan data situs Laura Bates ketika membahas soal seksisme di parlemen. Lucas mengaku kagum atas inisiatif itu. Ia optimis bahwa situs itu bisa membantu mendorong perubahan.

Banyak tweet di posting @EverydaySexism yang membuat dirinya berang. Misalnya: “berjalan ke sekolah bersama putri saya. Seorang lelaki yang mendadak keluar pintu hampir ditubruk oleh anak saya. Lelaki itu lalu berteriak ‘Sexy baby!’ , sambil menggoyangkan panggul dan merentangkan lebar lengannya. Usia putri saya empat tahun.”

Memberi kaum perempuan ruang guna bisa terbuka membahas masalah serupa adalah kunci dari proyek ini. Seksisme menurut Laura Bates perlu ditabukan, dan dikategorikan sebagai sikap diskriminatif yang tidak bisa diterima.

Sumber: DW.DE

Share Button
Tags
Laura BatesLGBTOurvoiceseksismeSuara Kita
tweet
[CERPEN]: Jeritan Hati Seorang Gemblak
Menteri Agama Siapkan RUU Kerukunan Beragama

Related posts

  • Demo  Pro-Demokrasi Myanmar Menyuarakan Orang-Orang LGBT

    Demo Pro-Demokrasi Myanmar Menyuarakan Orang-Orang LGBT

    8 March 2021

  • Pengadilan Malaysia Memutuskan Larangan Seks LGBT Negara Bagian Selangor Tidak Konstitusional

    Pengadilan Malaysia Memutuskan Larangan Seks LGBT Negara ...

    2 March 2021

  • Pemerintah Selandia Baru Berjanji untuk Melarang Terapi Konversi

    Pemerintah Selandia Baru Berjanji untuk Melarang Terapi ...

    26 February 2021

  • Kelompok LGBT dan Etnis Turun ke Jalan untuk Memprotes Junta Militer Myanmar

    Kelompok LGBT dan Etnis Turun ke Jalan ...

    24 February 2021

  • Seruan Komisi HAM Internasional untuk Pencabutan Hukum Homofobik Jamaika

    Seruan Komisi HAM Internasional untuk Pencabutan Hukum ...

    22 February 2021

Leave a Comment

Click here to cancel reply.

Populer

  • Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    4 January 2013
  • Surat Terbuka Kepada Fahira Idris

    20 March 2013
  • Komunitas Gay Protes Pernyataan Khofifah Indar Parawansa

    6 July 2012
  • [Kisah] Aku Seorang Asexual

    [Kisah] Aku Seorang Asexual

    29 October 2015
  • <!--:id-->Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012<!--:-->

    Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012

    5 April 2012
  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.