26 January 2021
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Cerita » [Kisah] Aku Seorang Asexual

[Kisah] Aku Seorang Asexual

Posted by :Esa Posted date : 29 October 2015 In Cerita 35 Comments

0760_f70f

Oleh: Yuni A.

Suarakita.org – Namaku Yuni. Tahun ini aku menginjak umur 31. Banyak yang bilang bahwa di umur ini aku ‘sepantasnya’ sudah menikah dan memiliki berapa orang anak. Tapi jangankan menikah dan memiliki anak, keinginan untuk memiliki pasangan atau tertarik secara ‘lebih’ pada seseorang saja tidak pernah. Aneh, kah? Sebelumnya aku juga sempat berfikir seperti itu tapi sekarang aku sudah menemukan nama untuk menyebut apa yang aku rasakan ini. Aku adalah seorang Asexual.

Sejak kecil aku tumbuh seperti seorang gadis pada umumnya. Saat kelas 5 SD teman-teman perempuan sekampungku sudah mulai ‘mengenal’ anak laki-laki. Karena sebagian besar dari mereka lebih tua 1-2 tahun dan aku juga bisa membedakan mana laki-laki yang tampan dan mana yang biasa saja jadi aku kira itu adalah hal yang lumrah. Saat banyak dari mereka bercerita tentang siapa yang mereka taksir, aku pun ikut-ikutan bilang bahwa aku juga punya. Padahal aku hanya menganggap laki-laki itu sedap dipandang, dan aku pikir itu sama seperti yang dirasakan teman-temanku.

Saat libur kenaikan kelas 2 SMP ada laki-laki yang menyatakan cinta padaku. Bisa dibilang dia pemuda yang sangat menarik di kampung. Sebelum dia ‘nembak’ aku, dia baru putus dengan teman sekaligus tetanggaku. Dulu aku sering menyebutnya “piala bergilir” karena sepertinya semua gadis di kampung sudah pernah dipacarinya.

Aku pun menerima dia karena aku anggap dia cukup menyenangkan. Tapi aku memintanya untuk merahasiakan hubungan kami. Selama dua tahun kami berhubungan, aku sama sekali tidak merasakan apapun untuknya. Aku tidak perduli kalau kami jarang bertemu, atau saat aku mendengar cerita perselingkuhannya, dan yang pasti dia tidak membuatku merasakan apa-apa saat kami berdekatan. Detak jantungku tetap biasa, tidak ada perasaan aneh di dalam perutku seperti yang tertulis di cerita-cerita pendek majalah remaja bekas yang sering aku beli. Sampai akhirnya aku memutuskan hubungan kami saat aku akan pindah ke Bekasi.

Masa-masa SMA yang katanya paling berkesan juga berlalu cepat. Agar punya bahan obrolan aku pun bilang bahwa aku naksir dengan laki-laki kelas sebelah. Seperti sebelumnya, aku tidak ada rasa apapun pada laki-laki itu. Yang pasti dia sedap dipandang, sama seperti pemandangan indah yang membuat kita senang melihatnya.

Setelah SMA tidak banyak yang berubah. Tapi aku sempat berfikir, apa mungkin aku ini seorang Pansexual (orang yang tidak perduli jenis kelamin pasangannya yang penting hati/cintanya). Tapi aku juga tidak pernah merasakan yang lebih saat melihat perempuan cantik selain gumaman “wah cantiknya…”.

Di awal tahun 2015 ini baru aku menemukan label dengan definisi yang terdekat dari apa yang aku rasakan. Asexual, saat dimana seseorang tidak merasakan ketertarikan secara seksual terhadap SIAPAPUN. Bukan hanya pria dan wanita saja, karena gender manusia tidak hanya ada dua.

Sedangkan ketertarikan seksual itu sendiri ada yang bilang adalah timbulnya keinginan untuk melakukan hal-hal yang bersifat seksual yang disebabkan atau ditujukan pada orang/gender tertentu tanpa orang tersebut melakukan sesuatu yang bersifat seksual.

Jangankan buatku yang tidak pernah merasakannya, aku yakin tidak banyak dari non-Asexual yang bisa dengan jelas mendeskripsikan seperti apa rasanya tertarik secara seksual terhadap seseorang atau suatu gender tertentu. Hal itu seperti sudah terprogram di diri mereka. Bagaimana yang heteroseksual hanya tertarik secara seksual terhadap yang berlainan jenis kelamin, ataupun yang gay/lesbian terhadap sesamanya.

Selain banyak yang belum tau, banyak juga dari mereka yang sudah tau tentang Asexual tapi memilih untuk tidak mempercayai, atau tidak menerima Aseksualitas sebagai orientasi seksual yang ‘resmi’ seperti halnya heteroseksual dan homoseksual. Beberapa kelompok LGBTIQ yang menganggap Asexual (terutama yang heteromantic Asexual) tidak berhak menjadi bagian dari komunitas mereka. Atau para Aces (sebutan untuk seorang Asexual) hanya ingin merasa spesial atau berbeda dari yang lain. Padahal mereka bisa menerima bahwa para heteroseksual tidak tertarik secara seksual pada gender yang sama dan sebaliknya bagi kelompok homoseksual tapi kenapa susah sekali menerima kalau ada sebagian kecil dari 7 milyar penduduk di dunia yang tidak tertarik secara seksual pada siapapun?

Ada juga yang bisa menerima Asexual tapi masih percaya pada stereotip yang salah tentang Asexual. Ada yang menganggap Asexual itu sama seperti orang celibate yang MEMILIH untuk tidak melakukan hal-hal seksual. Atau bahwa semua Aces tidak mau menikah, berhubungan seksual, ataupun memiliki anak. Bahwa Aces itu beruntung tidak perlu menghabiskan waktu atau perasaan mereka dengan berpacaran.

Walaupun banyak Aces yang tidak-suka/peduli/takut/jijik untuk berhubungan seksual, banyak juga dari mereka yang mau atau bahkan suka melakukan hal tersebut. Sebabnya pun beragam. Dari yang ingin mempererat hubungan atau membahagiakan pasangan, untuk memuaskan libido (gairah seksual) yang tinggi dan semacamnya.

Seksualitas itu hanya berhubungan dengan ketertarikan secara seksual, bukan apa yang kita lakukan secara seksual. Seperti seorang bisexual yang tidak akan berubah menjadi heteroseksual atau homoseksual mengikuti gender pasangannya saat itu. Dan kita tidak perlu tau atau paham dengan label yang digunakan seseorang untuk bisa menerima dan menghormati keputusan orang tersebut.

Tanggal 19 sampai 25 Oktober lalu adalah Asexual Awareness Week atau satu minggu yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang Aseksualitas. Memang belum banyak situs atau blog yang membahas tentang Asexual dalam bahasa Indonesia, tapi situs dan blog dari luar negeri juga menggunakan bahasa Inggris yang cukup mudah dipahami seperti www.TheAsexualityBlog.com/resources-and-articles.html. Tidak banyak yang diinginkan para Aces selain penerimaan masyarakat dan meningkatnya kesadaran dan pengetahuan tentang Asexual sehingga tidak ada lagi orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak utuh, cacat atau rusak karena tidak bisa merasakan sesuatu yang dirasakan oleh orang di sekitar mereka.

Saat ini kedua orangtuaku cukup bisa ‘mengerti’ bahwa aku ‘belum’ ingin menikah dan tidak tertarik pada siapapun. Walaupun kadang Ibu masih menyindir aku tentang kapan akan memberi beliau cucu. Mungkin bila suatu waktu nanti ada laki-laki yang bisa benar-benar mau dan bisa menerima ‘kondisi’ku (yang Asexual plusvsex-indifferent) aku akan mempertimbangkan lagi keputusanku untuk tidak menikah.

 

Share Button
Tags
AseksualAsexualYuni A.
tweet
Pasangan Yang Ditolak Kim Davis, Akhirnya Menikah
Konferensi LGBTI Terbesar se-Asia Digelar di Taipei

Related posts

  • Caroline Cossey Berjuang Tanpa Lelah untuk Persamaan Hak

    Caroline Cossey Berjuang Tanpa Lelah untuk Persamaan ...

    8 January 2021

  • Sebagai Penyintas Terapi Konversi, Saya Coming Out Agar Orang Lain Tidak Pernah Merasa Sendiri

    Sebagai Penyintas Terapi Konversi, Saya Coming Out ...

    11 October 2020

  • Tour De Trans Bersepeda 1000 Mil Untuk Membantu Memberdayakan Orang Transgender

    Tour De Trans Bersepeda 1000 Mil Untuk ...

    24 August 2020

  • [Kisah] Kamu Berhak untuk Merdeka, Nak

    [Kisah] Kamu Berhak untuk Merdeka, Nak

    2 August 2020

  • Menemukan Tempat Berlindung di Kenya Meskipun Mengalami Persekusi

    Menemukan Tempat Berlindung di Kenya Meskipun Mengalami ...

    24 June 2020

35 Comments

  1. rut
    14 January 2016 at 06:35

    Nice artikel mbak.. saya juga dlu sering mengalami kondisi yang sama, tapi jalan kesini saya rasa saya sudah tidak asexual lagi mungkin pengaruh dari orang tua terutama ibu yang terus mendorong saya untuk berpacaran jadi saya berubah sedikit. sebernanya pngin kembali pada saat saya tidak merasakan yang namanya perasaan sexual hidup saya enjoy tidak seperti sekarang -___-

    Reply
  2. yuni
    14 January 2016 at 14:17

    terima kasih, ya atas komennya. saya sendiri belum pernah merasakan ketertarikan seksual maupun romantic jadi saya kurang tau seberapa jauh perbedaannya dengan mereka yang merasakannya. tapi saya sendiri masih memiliki libido dan dapat terangsang. bila kamu memiliki pasangan(dan ingin melanjutkan hubungan ke pernikahan) mungkin hidup kamu akan sedikit lebih mudah jika kamu tetap bisa merasakan ketertarikan seksual walau hanya sedikit atau jarang (graysexual). tapi selebihnya biarkan semua berjalan dengan alami karena pada akhirnya kita tidak bisa memaksa diri kita untuk memilih pada siapa kita merasakan sesuatu.
    dan yang pasti, semoga kamu terus berbahagia 🙂

    Reply
  3. allent
    31 January 2016 at 14:28

    Aku juga aseksual mbak dan aku biasa biasa sama cewek atau cowok tapi aku tahu kriteria cewek cantik kayak apa, bahkan aku di ajak untuk bercinta jijik dan aku orangnya cepet bosen

    Reply
  4. yuni
    1 February 2016 at 15:08

    wah, senang bisa kenal Aces yang lain. kalo ketertarikan secara estetika/penampilan sih aku juga masih merasakan. dan aku lebih indifferent kl dalam hal sex, ga jijik (kayaknya) tapi kl bisa tetap perawan aja seumur hidup XD
    dan soal cepat bosan itu dalam hal apa? kl dalam hal pacaran, sudah pernah baca tentang Aromanticism?

    Reply
  5. Sherly Moriarty
    20 February 2016 at 17:47

    Saya sendiri bingung sebenarnya saya pansexual aromantic atau asexual panromantic?? saya bisa tertarik dengan semua gender tapi bila harus menikah dan berhubungan seksual saya tidak mau. apa saya harus selibat? saya bahkan tidak masalah menjadi virgin seumur hidup. bahkan diusia yg ke24thn ini saya belum pernah pacaran (hanya sebatas teman2 dekat yg sering saya php in) hal yang memberatkan adalah permintaan orang tua untuk segera punya pasangan, tapi saya sendiri jelas menolak hubungan seksual, padahal saya tidak pernah punya trauma apa apa. saya hanya tidak menyukai dan tidak ingin mengalami hubungan seksual/kelamin/penetrasi. meski saya masih bisa menerima hal2 romantis lain/affection tapi saya tidak yakin ada pria yg akan menerima konsep semacam itu (hubungan romantis aseksual). saya bukan transgender tapi jika harus berhubungan seks saya lebih memilih jadi pihak laki laki daripada perempuan. saya tidak ingin menjadi pihak yg menerima penetrasi, itu yang kemudian membuat saya sempat berpikir saya sebenarnya aseksual yang tidak menerima perkawinan/ hubungan seks karena saya adalah perempuan yang tidak ingin di’perawani’ oleh siapapun. mungkin akan berbeda bila saya lahir sebagai laki laki. tapi saya tidak menyesali ini, karena saya bukan seorang transgender yang merasa terjebak dalam kelamin yang salah. karena seperti yg tadi saya tulis, saya seorang perempuan yang menyukai semua gender, saya memiliki aktor idola yg tampan, saya senang terhadap laki laki yang menarik tapi saya tidak memiliki hasrat seksual dengan mereka.

    Reply
  6. yuni
    22 February 2016 at 13:42

    tertarik pada semua gender itu dalam hal apa? kan ada beberapa macam ketertarikan: seksual, romantic, sensual, estetik, dan platonik. kl sekedar mengagumi seseorang tanpa merasakan hal lainnya bisa saja itu hanya ketertarikan secara estetik.
    bicara soal ketertarikan seksual, kl dilihat dari penjelasan kamu bisa saja kamu adalah Asexual yg sex-averse/repulsed karena tidak semua Asexual tidak suka dan/atau tidak mau berhubungan seks. memang sulit juga menjadi asexual, apalagi seperti saya yg juga aromantic. saya sendiri tidak tertarik untuk berhubungan seksual juga tidak ingin menikah, tapi orangtua yg sudah tau keadaan saya pun tetap menginginkan saya untuk menikah, apalagi diusia saya yg sudah 30+. maaf kl saya tidak bisa memberi saran karena saya sendiri masih bingung bagaimana cara mengatasi masalah itu. 🙁

    Reply
  7. Ms. R
    6 June 2016 at 06:42

    Saya Regina, umur saya 16 tahun. Sampai sekarang masih menjomblo, alias belum punya pacar. Saya juga belum tertarik untuk pacaran, padahal banyak sepantaran saya yang sudah berpacaran, tapi kok ya saya ngga ada minat sama sekali terhadap pria. Saya juga pernah ditembak pas kelas 3 SMP, saya pernah menerimanya, dan berhubungan dengan dia cuma sampai 3 bulan, lalu kami putus. Karena menurut dia saya tidak ada ketertarikannya dalam hal pacaran, seperti nonton bareng saja saya kurang nikmat/suka. Jadi waktu itu saya menyarankan dia untuk datang saja kerumah saya dan menikmati nonton film. Lama-lama dia pun bosan dan akhirnya memutuskan hubungan kami. Saat kami putus, saya biasa saja, ngga nangis, ngga sedih apalagi susah moveon. Banyak cewek-cewek disana kalau diputusin pacarnya pasti nangis dan susah moveon, sebaliknya saya ngga merasakan itu sama sekali.
    Lalu berlanjut ke masa SMA. Banyak orang bilang kalo masa SMA adalah masa paling menyenangkan dan mengasyikan, kata orang kita akan benar-benar merasakan jatuhnya, merasakan dalam hal pacaran. Tapi buktinya saya tidak merasakan itu sama sekali. Saya biasa aja, yaa seperi pelajar SMA pada umumnya. Seperti belajar, mengerjakan tugas, ikut Ekstrakuikuler dan bermain bersama teman-teman. Tapi sampai sekarang saya juga belum dapat pacar, bukan berarti saya tidak laku, tapi saya lebih tertarik untuk belajar ketimbang pacaran.
    Setelah saya naik kelas 2 SMA, mungkin karena saya sudah lama tidak berpacaran, jadi mereka menganggapnya saya adalah gadis tidak normal, alias mereka menganggap saya LGBT, suka dengan sesama jenis, dan akhirnya berita itu semakin luas dan membuat saya terpuruk dan malas untuk datang kesekolah.
    Ngga cuma teman-teman saya saja yang tahu bahwa saya itu tidak normal, guru-guru mata pelajaran saya disekolah-pun juga mengetahuinya. Dan saya menjadi populer karena hal itu.
    Lalu saya mencoba berkonsultasi pada mama saya sendiri, mama saja justru mendukung saya jika sekarang saya tidak berminat pada pria, karena mama saya pikir saya belum mapan untuk berpacaran.
    Tapi mba, dilain sisi saya juga tertarik pada sesama jenis saya, saya mulai membenci pria, dan menurut saya pria adalah manusia brengsek dengan segala nafsunya yang sangat tolol.
    Lama kelamaan, saya makin frustasi dengan kehidupan saya yang semakin rumit. Nilai pelajaran saya juga menurun, banyak absen saya yang suka membolos. Saya juga dapat surat peringatan dari BK bahwa saya harus membawa kedua orang tua saja kesekolah.

    Dan sampai sekarang rasa itu selalu muncul dipikiran saya, saya masih dalam tahap stress dan kehilangan kendali. Lalu saya mencoba untuk lari dari kenyataan, tapi yang saya dapat adalah kepahitan.

    Mbak, saya minta tolong bagaimana caranya agar kehidupan saya kembali seperi manusia. Apakah saya seorang Asexual? Atau LGBT? Terimakasih.

    Reply
  8. yuni
    6 June 2016 at 15:08

    I’m sorry to hear about what you’re going through. mungkin saya sudah terlalu lama meninggalkan bangku SMA karena waktu jaman saya tidak ada hal seperti yang kamu alami. diledek teman soal ada atau tidak cowok yang ditaksir sih biasa tapi kalo sampe berpikir macam2 seperti itu mungkin karena efek media yang belakangan getol banget nyorot soal LGBT. dan itu sudah sangat tidak sehat karena guru sudah ikutan. tidak bisakah minta orangtua untuk membahas perlakuan diskriminasi dan sepertinya sudah masuk kekerasan secara emosional ini dengan pihak sekolah agar bisa segera ditindak?
    kalo dari apa yang kamu tulis, bisa saja kamu Asexual yang homoromantic (tidak tertarik secara seksual thd siapapun tapi tertarik secara romantic kpd sesama gender) atau Aromantic homoseksual (tidak tertarik secara romantic terhadap siapapun tapi tertarik secara seksual kepada sesama jenis) atau mungkin juga homoseksual secara total. pelan2 saja cari tau mana yang sekiranya pas dengan apa yang kamu rasakan saat ini. walaupun kamu tidak bisa memutuskan apa orientasi seksualmu juga tidak masalah. dan seksualitas itu juga cukup cair karena banyak hal salah satunya dengan bertambahnya informasi yang didapat. bisa saja kamu merasa kl sekarang Asexual adalah label yang pas, tapi mungkin di masa datang kamu punya informasi baru atau apa yang kamu rasakan berubah, kamu bisa mengganti Asexual dengan label yang lain. kl mau, silakan mampir ke FB page AroAceIndonesia untuk tau lebih banyak https://facebook.com/AroAce-Indonesia-1248673855150099/?refid=52
    kl menurut saya, lebih baik sekarang kamu fokus ke diri kamu sendiri dulu. jaga kesehatan fisik dan juga mental. kalo bisa, cari seseorang yang bisa dipercaya untuk diajak bicara. kl bisa sih yang profesional.

    Reply
  9. Abeed
    9 June 2016 at 14:38

    Nama saya diba, umur saya 13 thn. Saya lagi bingung dan mau cerita sedikit. Dri kecil saya emg udh keliatan beda dri anak2 lainnya. Kepribadian saya juga agak mirip dgn yg mbak ceritain. Saya dulu bisa suka sama laki-laki. Tapi waktu SMP, saya sempet ada masalah sama gebetan saya. Saya jadi gk mau kenal sama dia lagi dan anehnya semenjak itu saya gak bisa suka dgn siapapun. Saya sempet panik, karena takut kalo saya ini jangan jangan aseksual. Tpi pas saya pikir pikir kayanya saya memang aseksual dari lahir, cuman saya nggak nyadar aja.

    Kira-kira itu kenapa ya, mbak? Apa hanya karena saya trauma sama gebetan saya yg dulu?

    Reply
  10. yuni
    10 June 2016 at 19:50

    mungkin saja kamu memang Asexual atau mungkin kamu punya orientasi seksual lain yang saat ini belum terlihat/terasa. jika kamu mau pake ‘label’ Asexual juga silakan kalo memang kamu rasa Asexual dapat mewakili apa yang kamu rasakan saat ini. dan bila suatu saat kamu sadar kalo Asexual sudah tidak pas lagi, kamu bisa lepas ‘label’ itu kapanpun kamu mau. label itu hanya alat untuk memudahkan kita, jangan malah kita yang diribetkan dengan label 🙂
    dan soal orientasi seksual yang diakibatkan oleh trauma: kamu tidak harus lahir dengan orientasi seksual atau identitas gender tertentu untuk bisa diakui bahwa orientasi seksual dan identitas gender yang kamu rasakan sekarang adalah sesuatu yang valid. masa lalu memang membentuk masa kini dan masa depan kita tapi itu bukan alasan untuk bisa menginvalidasi apa yang kita rasakan saat ini. sekali lagi, hal yang penting adalah apa yang kamu rasakan saat ini. bila kamu merasa Asexual yang paling bisa mewakili perasaan kamu, silakan adopsi label itu. tidak perduli apakah kamu Asexual karena trauma atau bukan.

    Reply
  11. anna
    22 June 2016 at 03:10

    Saya 17 tahun dan belum pernah berpacaran sekalipun , pegangan tangan sama cowok aja belum pernah tapi saya merasakan crush pada cowok itu pun karena aesthetic , sudah lama chat dan selewat semata. Saya tidak suka dengan arah hubungan yang berujung pada sex , rasa nya hubungan itu menjadi berkurang perasaan nya apa seseorang harus dinilai begitu rendah hanya dengan fisik karena libido? Kenapa banyak sekali abg rusak bahkan teman-teman saya waktu sd sudah pada punya pacar tapi orang masih begitu mengagungkan sex, saya tertarik melihat pasangan male/male walau saya straight entah itu semacam fetish (kadang sexual sih tapi sangat sepihak dan tidak ada ketertarikan untuk melakukan nya dengan orang lain) atau apa ya mba?kalau melihat pasangan hetero rasanya biasa saja Dan untuk prefensi saya sama sekali sedikitpun tidak tertarik pada cowok abg tapi saya menyukai pria yang jauh lebih tua , apa itu termasuk kedalam sugar daddy syndrome?

    Reply
  12. yuni aryani
    22 June 2016 at 17:57

    hmm coba deh google tentang Authochorissexual, mungkin saja pas dengan apa yang kamu rasakan. dan Authochoris itu juga tidak ekslusif hanya dirasakan oleh para Asexual, banyak yang memiliki orientasi seksual lain yang mengaku merasakan pengalaman yang sama.
    kalo soal tertarik dengan pria yang lebih tua, itu ketertarikannya dalam hal apa? bisa saja itu memang semacam sugar daddy syndrome/daddy kink tapi itu bisa bersumber dari beberapa hal.misalnya karena tidak adanya/aktifnya sosok ayah (terus terang saya belum pernah bertemu dengan orang yang memiliki daddy kink tapi masih punya ayah dan berhubungan dekat dan baik dengan mereka).

    Reply
  13. Ave
    8 September 2016 at 12:07

    Saya adalah seorang aromantic dan mungkin seorang Authochorissexual, saya masih merasakan hasrat sexual namun sampai saat ini saya tidak pernah mau melakukan kegiatan sexual dengan orang lain ataupun jika diajak. Bagi saya menjadi asexual adalah pilihan, mungkin dikarenakan saya seorang aromantic saya tidak ingin berhubungan dengan siapapun bahkan secara sexual. Namun jikalau nanti saya dipaksa menikah atau jodoh sudah didepan mata saya akan menerimanya seadanya dan menjalankan sepenuhnya. Karena saya yakin menikah itu bukan hanya karena sekedar ketertarikan romantis,sexual ataupun aesthetic namun juga kepercayaan, harapan cinta dan kasih sayang. Semoga tuhan memberikan yang terbaik untuk anda.

    Reply
  14. yuni aryani
    8 September 2016 at 15:24

    saya sendiri Aromantic Asexual tapi saya bisa paham dan berpikiran sama dengan anda. walaupun begitu saya sudah memutuskan untuk tidak menikah jika tidak ada yang bisa benar2 menerima saya lengkap dengan ketidaktertarikan saya dengan seks, ketidaktertarikan saya secara seksual dan romantic kepada orang tersebut, dan juga ketidakinginan saya memiliki anak. saya yakin Tuhan tidak salah menciptakan saya.

    Reply
  15. Ami
    28 October 2016 at 12:14

    Hi Yuni, terima kasih buat postingannya. Aku sendiri saat ini mengidentifikasikan diri sebagai asexual aromantic (walaupun autochoris juga subset yang cocok buat aku). Senang bisa baca postingan tentang Aces di Indonesia. Jujur selama ini aku lebih terekspos sama yang luar negeri, walau bukan dari tumblr.

    Aku pengen tanya jadinya. Kamu sudah coming out belum ke orang tua? Dan apakah akan coming out termasuk menjelaskan kamu adalah aseksual? Atau cukup hanya bilang kamu memutuskan tidak mau menikah, tanpa harus menjelaskan seksualitas kamu? Aku cuma pengen ada pandangan karena aku berpikir ingin satu saat benar-benar blak2an sama orang tua, bilang aku adalah aseksual.

    Thanks ya

    Reply
  16. yuni aryani
    28 October 2016 at 15:05

    iya, aku udah came out ke orangtua dengan cara ngirim tulisan ini dan dan yang ini http://www.suarakita.org/2015/10/opini-one-percent-asexuals/ ke mereka. hasilnya bisa dibaca di http://www.suarakita.org/2016/10/kisah-melela-tak-melulu-hanya-sebagai-lesbian-atau-gay/

    Reply
  17. run
    2 November 2016 at 04:32

    Mbak yuni, terima kasih postingannya mbak… saya jadi ingin curhat…. belakangan saya dicurhatin sama sepupu perempuan usia 28 thn yang sangat ingin menikah, teman kuliah saya perempuan usia 19 thn memiliki impian pernikahan yang menurutnya sunnah Rasul… dan teman kuliah laki-laki yg berusia 20 tahun selalu mengingatkan saya agar menikah mengingat katanya usia saya yang memang baru saja 25 tahun ini. Saya jawab saya saat ini tidak ingin menikah, lalu dia mengatakan lebih baik menikah kak daripada zina. Dua Bude saya pun 3 bulan lalu sempat bertanya sudah ada pasangan yang serius belum? Saya jawab belum. Padahal yang ada saat ini saya merasa saya tidak ingin menikah apabila di dalam pernikahan harus ada hubungan seksual. Tapi pernikahan dan ada tidaknya pasangan yang sama – sama juga tidak perlu hubungan secara seksual apa mungkin ada?

    Reply
  18. Run
    2 November 2016 at 05:38

    Maaf mbak saya tambahkan… saya perempuan usia 25 tahun yang juga bisa merasakan perasaan suka secara estetik terhadap wajah indah seseorang hanya dengan bisa bersama dengan orang tersebut sudah cukup. Seandainya ada seseorang yang saya cinta atau siapapun itu Saya menghindari hal-hal yang lebih secara kontak fisik. Ada alasan pribadi yang ingin saya lindungi dan saya tidak ingin merubahnya. Di pikiran saya kontak secara fisik dengan orang lain menyakitkan hati saya, saya ingin mempertahankan tubuh saya yang ada ini jauh dari hubungan secara seksual sampai saya meninggal dunia, mudah-mudahan Allah Swt memudahkan jalannya keputusan saya ini…

    Reply
  19. yuni aryani
    2 November 2016 at 13:38

    @Run kalo dari apa yang kamu tulis, sepertinya kamu lebih ke arah celibate/selibat (memutuskan secara sadar untuk tidak melakukan aktifitas seksual) daripada Asexual deh. kalo saya salah, mohon dikoreksi.

    Reply
  20. Run
    3 November 2016 at 02:50

    iya mbak yuni, terima kasih…

    Reply
  21. Antonio
    23 November 2016 at 19:31

    Hai saya 16 tahun,say6a laki laki, saya ,masih bingung apakah saya asexual atau tidak, saya tidak merasa ketertarikan pada seks , bahkan kalo saya ngebayangin seks (maaf kalau bicara teralu frontal) saya merasa ngilu atau jijik. saya juga tidak pernah nonton film porno seks, karna gk membuat saya bergairah, saya pernah di tunjukan tapi ngeliat gituan merasa jijik. tapi saya masih suka sama cewe, malah gampang banget jatuh cinta, kadang kadang bayangin punya pacar ngerasa nya kayak enak gitu (saya belum punya pacar). jadi saya suka ama cewe lebih ke romantic, tapi saya tidak suka cowo (atau belum bisa menerima nya) pernah sih waktu itu di peluk ama cowo terus rasa nya kayak suka gitu, tapi cuma sebentar, saya masih lebih suka ke cewe, walaupun gitu saya juga semacam Fetish juga,Fetish nya lebih ke seksual terhadap cewe. Apakah ini kelain seksual?

    Reply
  22. Antonio
    23 November 2016 at 19:32

    Hai saya 16 tahun,say6a laki laki, saya ,masih bingung apakah saya asexual atau tidak, saya tidak merasa ketertarikan pada seks , bahkan kalo saya ngebayangin seks (maaf kalau bicara teralu frontal) saya merasa ngilu atau jijik. saya juga tidak pernah nonton film porno seks, karna gk membuat saya bergairah, saya pernah di tunjukan tapi ngeliat gituan merasa jijik. tapi saya masih suka sama cewe, malah gampang banget jatuh cinta, kadang kadang bayangin punya pacar ngerasa nya kayak enak gitu (saya belum punya pacar). jadi saya suka ama cewe lebih ke romantic, tapi saya tidak suka cowo (atau belum bisa menerima nya) pernah sih waktu itu di peluk ama cowo terus rasa nya kayak suka gitu, tapi cuma sebentar, saya masih lebih suka ke cewe, walaupun gitu saya juga semacam Fetish juga,Fetish nya lebih ke seksual terhadap cewe. Apakah ini kelain seksual?…

    Reply
  23. yuni aryani
    24 November 2016 at 13:22

    kalo dari apa yang kamu bilang, sepertinya kamu memang Asexual. kl kamu tertarik secara romantik kepada yg beda gender, mungkin kamu Asexual Heteromantic. label itu ada untuk memudahkan kita, jadi jangan dibikin susah. mungkin sekarang kamu cocok dengan label Asexual Heteromantic, tapi mungkin di waktu yg akan datang kamu merasa tidak pas lagi dengan label itu, ya tinggalkan.
    kalo soal fetish atau semacamnya mungkin bisa dibilang lebih ke arah perilaku seksual, daripada orientasi seksual. banyak juga Asexual yg menyukai kegiatan seksual, bekerja di industri ‘dewasa’, bahkan aktif di komunitas bdsm. itu tidak merubah kenyataan kl mereka adalah Asexual.
    semoga jawaban saya bisa cukup membantu.

    Reply
    • Esa
      29 November 2016 at 17:11

      Waaaah rame ya bu lapaknya XD

      Reply
      • yuni aryani
        29 November 2016 at 18:43

        alhamdulillah yah XD

        Reply
  24. locker
    23 December 2016 at 23:03

    Assalamu’alaikum !
    Wah mbak, pertama nemu situs ini lgsg ngrasa kyk “ini, yg gue cari selama ini !” atau jg semacam kyk “it’s what i am !” 😀 Akhirnya pertanyaan bathinku terjawab sudah, Thanx a lot for ur post ! 🙂

    Sdikit cerita, aku perempuan umur 25. Hampir sama kyk kebanyakan cerita sblumnya, dari bayi sampe skrg blum prnh jalin hub sama siapapun entah hetero/homo. Tp aku bisa naksir secara estetik sama lawan jenis &bhkn prnh suatu saat aku kyk yg sdikit terobsesi sama sso sampe sering ngkhayalin nikah sama org itu, tapi di dlm khayalan indah itu SELALU cuma ada aku sama dia berdua doank, gak ada satupun sosok bayangan seorang anak (buah dari hub sexual). Aku selalu ngrasa gak nyaman sama sentuhan walopun itu cuma belaian halus tangan kakak laki-lakiku ke kepala/rambutku. Ya mgkn mksd si kaka cuma mau nunjukin rasa ksh syg terhadap adik semata wayangnya ini, tp tiap kali dia nglakuin kontak fisik (belai, rangkul, peluk), aku slalu nepis tangannya reflek plus expresi gak nyaman di wajah aku bnr2 gak bisa ditahan. Itu sering kejadian sekitar aku umuran smp(masa puber) &krna akunya kyk gitu mulu jdnya si kaka gak pernah lg kontak fisik ke aku kecuali di moment2 tertentu yg disitu aku setengah wajib kudu salim sungkem tanda hormat ke yg lbh tua.

    Seiring bergulirnya masa hidup, kalo dirasa2 lagi, ketidaknyamanan sentuhan fisik itu aku rasain dari semua orang, entah pr/lk, tentunya kontak fisik yg dimaksud adl yg bersifat affection. Hanya 1org yg sentuhannya tdk membuat risih yaitu, ibunda tercintaku.

    Maka dr itulah, walopun segimana terobsesinya aku sama laki2 yg aku taksir, aku gak pernah berani nunjukin perasaan aku, sampe akhirnya cuma bisa baper-baperan kalo nonton drama korea &memaksa bathin buat mengikhlaskan sang pujaan bersanding dgn pr lain di pelaminan T_T karna aku pikir gak adil buat dia kalo harus ikutin aturan main kehidupan percintaan ala aku yg anti skinship, krna faktanya dia seorang pria umum yg ingin berkeluarga &berketurunan.
    Nah, menurut mbak aku termasuk aces jenis apa ?

    Reply
  25. yuni aryani
    25 December 2016 at 12:36

    wah senang kalo pengalamanku bisa membantu kamu.
    dari apa yang kamu tulis, sepertinya kamu adalah seorang Heteromantik Aseksual yang touch-averse/repulsed. lumayan banyak juga Aseksual yang begitu, cuma lebih sedikit daripada yang seks-averse/repulsed. emang ribet sih kalo begitu. mungkin akan lebih gampang kalo bisa ketemu sama yang touch-averse/repulsed juga ya.

    Reply
  26. sica
    1 February 2017 at 08:59

    Hi mbak. Saya mau sdikit cerita tentang kebingungan saya untuk ‘fit ini’ pada label seksual yang pas buat saya. Saya berharap mungkin mbak bisa bantu jawab kebingungan saya ini. Saya adalah perempuan 23 tahun. Sejak saya kecil, saya seringkali punya crush laki2. Sama seperti kebanyakakan perempuan, saya mengalami deg2an saat saya berinteraksi dengan crush saya dan bahkan saya merasa excited saat melakukan PDKT. Tapi setelah akhirnya resmi pacaran, perasaan itu menguap semua ga ada yg tersisa. Pegangan tangan aja saya merasa ogah dan tersiksa sekali. Saya pun jd berubah cuek dan tidak peduli dg pasangan saya. Lalu saat putus pun saya ga merasakan apa2. Beberapa kali saya mengalami hal ini. Hingga akhirnya saya bertemu seseorang saat SMA. Dia seorang tomboy yang masuk di kelas yang sama dengan saya. Saat itu saya mengalami ketertarikan dengan dia dan akhirnya kita berdua berpacaran hingga saat ini. Saya mengira awalnya saya itu lesbian. Tapi saya menyadari bahwa saya tidak punya ketertarikan kepada perempuan berpenampilan feminin. Saya hanya tertarik dengan perempuan yang berkarakter maskulin. Namun setelah apa yg saya pelajari dr pengalaman saya, saya juga ternyata saat ini tidak tertarik dengan laki2 secara romantis ataupun seksual (kecuali ketertarikan aesthetic). Singkatnya, saya hanya tertarik dgn perempuan maskulin. Apa mbak tau label yang pas untuk saya??

    Reply
  27. yuni aryani
    4 February 2017 at 22:48

    wah kalo itu saya kurang begitu tau. mungkin kamu sekedar lesbian tapi punya preferensi ke perempuan yang maskulin?

    Reply
  28. Johnson Key
    12 March 2017 at 17:27

    Apakah mba yg asex aromantic masih bisa jatuh cinta?

    Reply
  29. yuni
    14 March 2017 at 23:07

    kalo jatuh cinta secara romantik sih tidak kan ga tertarik secara romantik sama siapapun, tapi kalo merasakan cinta dalam bentuk lain sih bisa banget.

    Reply
  30. Acha
    11 July 2017 at 23:27

    mba saya mau cerita sedikit sama bertanya, saya perempuan 19th.

    pacar saya perempuan juga, kami sama2 feminin. karena saya tidak suka perempuan tomboy maupun laki-laki. saya sudah merasa tertarik dengan perempuan semenjak sd, tapi baru berani ‘keluar’ saat saya sma. dari awal saya berpacaran dengan perempuan, saya tidak pernah melakukan kontak fisik dalam hal apapun. terakhir dengan mantan saya pun kita hanya bertemu saat nonton konser dan itu gak ada kontak fisik sama sekali. jadi saya masih nyaman2 saja.

    sekarang, saya dan pacar saya sudah pacaran hampir 3tahun, kami sering jalan dan melakukan aktivitas layaknya orang pacaran pada umumnya, saya suka disentuh seperti pegang tangan dan peluk, tapi hanya dengan pacar saya yang sekarang. entah kenapa saya merasa nyaman kalo dipeluk dia mbak. kadang kalo dia nginap pun kalo tidur dipelukan dia terasa sangat nyaman, saya suka setiap sentuhannya. tapi tidak ada hasrat untuk melakukan seks, atau fingering dan hal2 yang seperti itu.

    suatu waktu, pacar saya mulai berani meraba bagian tubuh saya yg lain, saya dg tegas menepis nya. saya kaget, campur takut. saya gak suka disentuh lebih dalam mbak, saya gak suka. baik itu perempuan maupun laki2. baik itu pacar saya maupun orang lain. tapi jika sebatas skinship dan masih wajar saya masih bisa menerima, hanya dengan perempuan. tidak dengan laki-laki. saya juga bingung mbak kenapa saya bisa sebegini takutnya sama laki-laki. kalo buat diajak jadi temen sih fine2 aja, tapi kalo udah menjurus ke arah hubungan, percintaan, seks dan hal serius lainnya saya gak nyaman.

    saya malah ada kecenderungan takut dengan laki-laki (padahal saya gak ada trauma apa2 dan pernah berpacaran dengan laki-laki beberapa kali). saya takut menikah dengan laki-laki, takut berhubunugan badan, takut disentuh, takut dengan alat kelaminnya, saya takut.. dengan perempuan pun sama mbak (tp masih nyaman2 aja kalo disentuh/dipeluk).

    yang mau saya tanyain: apakah saya pure lesbian? lebih menjurus kemana arah orientasi sexual saya? saya bingung mbak, bisa kasih saya saran atau sedikit ilmu atas apa yang saya rasakan? karena suatu saat pun saya pasti akan menikah dengan laki-laki :’)

    terimakasih

    Reply
  31. Aditya
    30 July 2017 at 08:28

    Menurut saya asexual terjadi karana trauma, atau luka.. asexual tidak terjadi secara alami. Seperti yang saya alami.. ketika saya masihsma kelas dua saya ditolak dan dikatakan sampah dan jelek, saya berfikir bahwa semua orang jahat, dan dunia adalah tempat yang kejam , tempat saling bunuh membunuh, hingga kini saya tidak tertarik pada perempuan dan bahkan tidak merasakan apapun. Saya juga ga mau menikah. Suatu hari ketika saya nonton tayangan perang gaza ngeliat anak kecil terbunuh saya cuma berfikir mereka pantas terbunuh karena mereka lemah dan senjata mereka jelek, begitu juga ketika teman saya meninggal saya juga tidak merasakan apa apa.. menurut saya yang kuat akan menang yang lemah akan terbunuh.. saya kira ini penyakit yang harus disembuhkan..

    Reply
    • Diana
      30 July 2017 at 11:07

      [Jawaban ini saya copas dari page AroAce Indonesia yang adminnya merupakan pemilik tulisan ini]
      https://www.facebook.com/AroAceID/photos/a.1322261107791373.1073741828.1248673855150099/1930687253615419/?type=3&comment_id=1930747453609399&notif_t=like&notif_id=1501385825349182

      1) Aseksual itu adalah orientasi seksual, bukan penyakit jadi tidak bisa disembuhkan.
      2) Trauma juga bukanlah penyakit, jadi tidak bisa ‘disembuhkan’. Psikiater biasanya hanya akan bisa mengurangi kadar kepotenan trauma itu agar tidak lagi mengganggu kehidupan si penderita. Tapi trauma yg pernah mereka rasakan tidak bisa hilang.
      3) Tidak semua Aseksual mengalami apa yang kamu alami. Banyak dari kami yg memang terlahir seperti ini tapi baru sadar setelah dewasa atau setelah membaca tentang Aseksualitas. Seperti saya yang dulu mengira kalo saya hanyalah seorang hetero yang gagal selama 30 tahun sebelum saya mencari tau lebih jauh tentang apa itu Aseksual.
      4) Ada juga mereka yang menjadi Aseksual setelah mengalami trauma. Mereka juga valid. Tapi biasanya trauma mereka disebabkan oleh kekerasan fisik/seksual dan atau kekerasan secara emosional yang berkepanjangan. Saya tidak bermaksud menyepelekan apa yang kamu alami, tapi saya rasa ada juga Aces yang bakal keberatan kalo pengalaman mereka disamakan dengan apa yang kamu alami.
      5) Saya mengerti bahwa ada juga Aces yang ingin bisa merasakan ketertarikan seksual kepada (calon)pasangannya atau ingin meningkatkan libido/gairah seksualnya; atau juga ingin bisa melakukan kegiatan seksual dan menikmatinya. Saran saya, bicarakan dengan orang yang profesional seperti psikolog. Tapi kita semua tau bahwa Aseksualitas hanya baru dilepas dari status kelainan seksual tahun 2013 lewat DSM V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition) yang diterbitkan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika. Jangankan di Indonesia, di Amerika saja psikolog dan psikiater yang mendukung komunitas LGBTQ+ masih sulit menerima kalo ada pasiennya yang mengaku Aseksual.
      6) Kamu hanya bilang kalo kamu ga tertarik dan ga merasakan apa-apa terhadap wanita, lalu bagaimana dengan pria? Aseksual itu tidak tertarik secara seksual kepada SIAPAPUN. Kalo cuma kepada wanita, ada kemungkinan seseorang itu tertarik kepada sesama pria/gay.
      7) Pengalaman setiap orang berbeda. Stop generalisir hanya berdasarkan pengalaman kamu sendiri.

      Reply
    • Diana
      30 July 2017 at 11:22

      tambahan dari saya sendiri:
      Saya berusia 19 tahun, dan baru menerima kenyataan kalau saya aseksual dua tahun lalu di mana waktu itu teman-teman saya justru banyak terlibat drama percintaan. Tidak seperti anda, saya tidak mengalami penolakan terhadap perasaan saya karena saya hanya sekali pernah serius menyukai seseorang secara romantis (dan saya sudah menyerah dengannya), maka dari itu saya juga tidak bisa menganggap kalau apa yang anda rasakan salah.
      Tetapi untuk disamakan sebagai orang yang minim empati, wah, mas, saya rasa anda salah mengerti apa maksudnya orientasi seksual. Saya oke-oke saja membaca bagian awal komentar anda, bahkan berempati di bagian penolakan yang dilakukan orang yang anda suka, she’s a jerk, that’s for sure, tapi ketika anda bilang kalau anak-anak gaza pantas untuk meninggal karena mereka lemah…
      Kalau itulah apa artinya menjadi aseksual, saya akan mencari form pengunduran diri dan langsung saya serahkan kepada siapapun yang menciptakan saya seperti ini. Saya memilih menggunakan label aseksual, bukan berarti saya ikut mendaftar menjadi orang tanpa rasa kemanusiaan. Itu dua hal yang berbeda, mas.
      Silakan jadi aseksual dan seseorang berdarah dingin, tapi jangan libatkan orang lain yang kebetulan satu label denganmu.

      Reply

Leave a Comment

Click here to cancel reply.

Populer

  • Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    4 January 2013
  • Surat Terbuka Kepada Fahira Idris

    20 March 2013
  • Komunitas Gay Protes Pernyataan Khofifah Indar Parawansa

    6 July 2012
  • [Kisah] Aku Seorang Asexual

    [Kisah] Aku Seorang Asexual

    29 October 2015
  • <!--:id-->Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012<!--:-->

    Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012

    5 April 2012
  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.