26 February 2021
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Liputan » [Liputan] LGBT dalam Pemilukada Serentak

[Liputan] LGBT dalam Pemilukada Serentak

Posted by :Esa Posted date : 9 December 2015 In Liputan 0

gay_vote_insert_by_BigstockOleh: Siti Rubaidah

Suarakita.org – Pemilukada serentak pertama kali dalam sejarah Indonesia digelar. 9 Desember 2015 digelar Pemilu Kepala Daerah serentak di 263 provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Sebagai sebuah terobosan baru dari sistem pemilu yang ingin menjawab persoalan efisiensi dana dan penyelenggaraan pemilu, ternyata masih banyak menyisakan persoalan.

Undang-Undang Pemilu yang mengatur pilkada serentak masih digodok. Tahun 2016 nanti wacananya baru akan diganti. Sri Budi Eko Wardani dari Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia menyatakan, “Sejak Reformasi kita sudah mengalami 3 (tiga) kali pemilu, dan pengalaman pemilu kita selalu by accident. Tiba-tiba keputusan MK berubah, UU Pemilunya berubah, sistemnya juga berubah-ubah. Semua berjalan dengan tiba-tiba dan seperti tidak terencana dengan baik.”

Bagaimana masyarakat menyikapi pilkada serentak ? Tentunya pertanyaan ini menarik –terkait pernyataan Mbak Dani, dalam sebuah acara peluncuran buku dan talk show yang digelar Kalyanamitra di Hotel Harris Tebet—yang menyatakan bahwa salah satu masalah elektoral kita adalah meningkatnya apatisme masyarakat terhadap politik.

Menyoal apatisme masyarakat terhadap politik yang makin meningkat, Mbak Dani menuturkan, sebenarnya kalau kita melihat dari hasil survey, masyarakat pemilih kita sudah “rasional”, antusiasme mereka tinggi tetapi rata-rata realita partisipasinya selalu 75 % ke bawah. Lebih lanjut dia menuturkan, bahwa potensi partisipasi mereka 80 % tapi realitasnya partisipasi masyarakat hanya sekitar 70 %.

Untuk memberikan kesempatan kepada warga negara menyalurkan hak konstitusionalnya, tanggal 9 Desember 2015 dinyatakan sebagai hari libur bersama. Semua lembaga/instansi baik pemerintah maupun swasta meliburkan pegawai dan karyawannya. Hal ini dimaksudkan agar setiap warga negara bisa berpartisipasi dalam proses demokrasi dengan cara mendatangi TPS masing-masing untuk memberikan suaranya. Faktanya, tak sedikit orang yang melewatkan hari pemilihan umum begitu saja.

Beberapa orang di Jakarta yang dihubungi oleh Suara Kita menyatakan tidak pulang kampung untuk mencoblos, karena merasa tidak berkepentingan memberikan suaranya. Salah satu orang dengan logat Jawanya menyatakan: “Iya libur pilkada, tapi kulo mboten arep nyoblos,” selorohnya. (Iya libur pilkada, tapi saya tidak akan mencoblos – red).

Di lain sisi, apatisme masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu juga dipicu oleh peran negara dan masyarakat sipil lainnya yang diskriminatif terhadap kelompok minoritas seperti kaum LGBT. Salah seorang teman LGBT Bandung ketika ditanya apakah ikut pemilu menjawab, “Engga Mbak, aku gak ada KTP. Aku kan gak terdaftar di Kartu Keluarga manapun. Jadi aku kesulitan mau buat KTP.”

Anto, seorang gay yang mempunyai kewargaan di Medan memilih untuk tidak memilih. Walaupun memiliki hak pilih dalam pilkada serentak ini, tetapi dia mempunyai sikap untuk abstain karena menganggap selama ini pilkada hanya bersifat seremonial dan rutinitas saja. “Sebagai LGBT saya tidak merasa hak-hak kaum LGBT diakomodir oleh calon-calon yang tengah bertanding dalam pilkada. Mereka masih anti dengan LGBT, ” lanjut Anto.

Fenomena di Bandung lain lagi. Berbeda dengan penuturan Anto yang cukup politis, beberapa teman teman LGBT Bandung yang ikut pemilu mengaku tidak tahu apa visi misi kandidatnya, “Ikut nyoblos cari kandidat yang ganteng aja.”

Share Button
Tags
lgbt indonesiaPemiluPemilu SerentakPemilukadaSuara Kita
tweet
Tamara Adrián, Transgender Perempuan Pertama Anggota Legistalif Venezuela
Seorang Drag Queen Memecahkan Guinness World Record

Related posts

  • Galang Dana Untuk Korban Kekerasan Seksual

    Galang Dana Untuk Korban Kekerasan Seksual

    20 January 2021

  • Politik Biden-Harris Untuk Hak Minoritas

    Politik Biden-Harris Untuk Hak Minoritas

    23 November 2020

  • Aksi Solidaritas Sesama Komunitas

    Aksi Solidaritas Sesama Komunitas

    26 June 2020

  • [LIPUTAN] Ketika Ingin Membuka Rahasia

    [LIPUTAN] Ketika Ingin Membuka Rahasia

    13 February 2020

  • All in My Family,  Sekali Keluarga Tetap Keluarga

    All in My Family, Sekali Keluarga ...

    3 February 2020

Leave a Comment

Click here to cancel reply.

Populer

  • Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    4 January 2013
  • Surat Terbuka Kepada Fahira Idris

    20 March 2013
  • Komunitas Gay Protes Pernyataan Khofifah Indar Parawansa

    6 July 2012
  • [Kisah] Aku Seorang Asexual

    [Kisah] Aku Seorang Asexual

    29 October 2015
  • <!--:id-->Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012<!--:-->

    Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012

    5 April 2012
  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.