11 August 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Liputan » [Liputan] Pernyataan Sikap Terhadap Kekerasan Seksual Melalui Teater Multi Monolog

[Liputan] Pernyataan Sikap Terhadap Kekerasan Seksual Melalui Teater Multi Monolog

Posted by :Esa Posted date : 1 June 2016 In Liputan Comments Off on [Liputan] Pernyataan Sikap Terhadap Kekerasan Seksual Melalui Teater Multi Monolog

IMG_20160526_200607Oleh: Wida Puspitosari

Suarakita.org – Seni memang memiliki banyak rupa dan dimensi. Banyak orang telah menggunakannya sebagai media untuk menyampaikan sikap atau bahkan perlawanan. Dalam rangka menyikapi maraknya kasus kekerasan seksual dan kritik atas kurangnya kepedulian pada isu kemanusiaan, Teater Sastra Universitas Indonesia, pada Kamis malam (26/5) mempersembahkan sebuah pertunjukkan seni teater dengan konsep multi monolog berjudul “Namaku Yuyun, Aku Korban Kebodohan” yang disutradarai oleh I. Yudhi Soenarto.

Acara ini menampilkan Niniek L. Kariem (aktris dan psikolog), Topo Santoso (dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia), I. Yudhi Soenarto (pengajar pada Fakultuas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia), Maftuh Ihsan (Teater Sastra UI), Rendy Septiadi (Teater Sastra UI), Rasikh Fuadi (Teater Sastra UI) dan Denia Oktaviani (Teater Sastra UI). Pernyataan sikap terhadap kekerasan seksual yang akhir-akhir ini terjadi melalui konsep teater multi monolog menurut Yudi dimaksudkan sebagai efektivitas penyampaian ide. Menurutnya “penyampaian ide melalui konsep ini dirasa lebih sampai pada penonton dan waktu latihan yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak agar kasus-kasus terkait yang sedang terjadi bisa menemukan momentumnya.”

Pada tataran penampilan, babakan-babakan pada pementasan ini dipenuhi oleh kritik tajam terkait kondisi darurat kekerasan seksual, Monolog Topo Santoso misalnya, menegaskan jika Indonesia masih belum memiliki hukum yang tegas dalam menindak pelaku kekerasan. Perangkat hukum yang ada sekarang dirasa sangat konvensional karena masih mengacu pada konteks hukum kolonial dan perancangan solusi dengan menetapkan KUHP nasional masih jauh panggang dari api. Korban-korban kekerasan seksual dipandang sunyi dan sepi di mata hukum. Sejalan dengan hal di atas, menurut Niniek L. Karim melalui monolognya, penjatuhan hukuman dengan kebiri kimia yang diteken presiden beberapa hari kemarin terhadap pelaku kejahatan seksual bukanlah solusi tepat karena yang sakit dari pelaku bukanlah fisiknya, tapi jiwanya.

Tidak ketinggalan monolog-monolog yang disuguhkan oleh penampil dari Teater Sastra UI rupanya juga memberikan kesan haru tersendiri bagi penonton. Pada pementasan kali ini kita bisa mendengar bagaimana monolog yang dibawakan oleh Rendy (Pak Teguh) mengisyaratkan penyesalan sebagai guru sekolah yang merasa gagal mendidik beberapa siswa yang ternyata menjadi salah satu pelaku pemerkosa Yuyun.  Sebagai Pemeran Yuyun, Denia juga berhasil menyihir penonton dengan monolognya sebagai perempuan muda yang harus merelakan cita-citanya menjadi guru kandas karena mati dibunuh secara tak manusiawi. Begitu juga Maftuh (wartawan) dan Rasikh (salah satu pemerkosa) juga tak kalah memberikan nuansa tegang dalam monolog-monolognya.

Di babak akhir pementasan, I. Yudi Soenarto melalui monolog dan musikalisasi puisinya mencoba mendedahkan bahwa nurani dewasa ini perlahan-lahan sirna seiring dengan hilangnya rasa saling melindungi diantara manusia – dimana kasus kekerasan seksual yang terjadi banyak dilakukan secara brutal dan tidak manusiawi. Dibutuhkan nurani untuk memulihkan itu semua. Salah satu bentuknya adalah tidak tinggal diam.

Share Button
Tags
kekerasan seksualliputanSeniSuara KitaTeater Monologwida puspitosari
tweet
[Liputan] Bincang Tokoh Suarakita 28 Mei 2016
[Video] IDAHOT 2016: Melawan Kekerasan dan Bullying

Related posts

  • Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok Masyarakat Rentan

    Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok ...

    15 June 2022

  • Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Semua Orang

    Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang ...

    27 April 2022

  • Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

    Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas ...

    25 April 2022

  • Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok Marginal

    Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok ...

    5 January 2022

  • Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ADB

    Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ...

    30 December 2021

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.