30 January 2023
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Referensi » Film » [Resensi] The Bubble: Drama Romantis di Perbatasan Israel-Palestina

[Resensi] The Bubble: Drama Romantis di Perbatasan Israel-Palestina

Posted by :katumiri Posted date : 4 June 2016 In Film Comments Off on [Resensi] The Bubble: Drama Romantis di Perbatasan Israel-Palestina

TheBubble

Sutradara            :Eytan Fox

Genre                   : Drama

Pemain

  • Ohad Knoller
  • Alon Friedman
  • Daniela Virtzer
  • Yousef ‘Joe’ Sweid
  • Shredy Jabarin

 

 

SuaraKita.org – Film ini bercerita tentang seorang serdadu Israel, Noam yang diperankan oleh Ohad Knoller yang bertugas di check point.  Tugasnya adalah memeriksa semua orang yang memasuki Negara Israel tapi bukan warga negara Israel.

Suatu siang, Noam tengah memeriksa sekumpulan orang Palestina yang ingin memasuki Israel.  Saat pemeriksaan berlangsung, seorang wanita yang sedang hamil besar tiba-tiba jatuh ke tanah dan berteriak-teriak kesakitan.  Noam adalah para medis yg sedang wajib militer dan secara refleks dia langsung menolong wanita tersebut walaupun ditentang oleh pria-pria Palestina lainnya yang menemani wanita itu.

Suatu hari seorang pemuda Palestina, Ashraf yang diperankan oleh Yousef (Joe) Sweid mengantarkan ID card Noam ke apartemennya.  Rupanya ID itu terjatuh saat dia menolong wanita melahirkan beberapa hari yang lalu.  Karena Ashraf tidak punya tempat untuk menginap di Tel Aviv, Noam menawarkan menginap di apartemennya.  Noam tinggal dengan 2 orang teman lainnya, Yali dan Lulu.  Singkat cerita mereka jatuh cinta dan  mereka menjadi sepasang kekasih.

Saat itu di Tel Aviv sedang ada gerakan kaum gay untuk mendapat pengakuan dari negara.  Noam dan teman-temannya terlibat di dalam kampanye tersebut.  Mereka juga mengajak gay dari Palestina untuk bergabung, tapi selalu timbul halangan karena kondisi politik dan komunitas gay di Palestina tidak berani menampakkan diri, juga mereka mengalami kesulitan bila harus masuk ke Tel Aviv.

Dikemas dalam drama romantis, film ini diakhiri dengan adegan mengejutkan antara Noam dan Ashraf. Film ini membawa pesan cinta saja tidak pernah cukup dalam masyarakat yang berkonflik. (Radi Arya Wangsareja)

Share Button
Tags
Being LGBT in AsiaFilm GayLGBTLGBT IslamRomansa Gay
tweet
Negara-Negara Anggota OIC Seharusnya Mendukung Organisasi LGBT Untuk Memerangi HIV/AIDS
[Cerpen] Beraninya Pake Foto Artis Korea

Related posts

  • Bintang Heartstopper Kit Connor Menjelaskan Mengapa Dia Menolak Untuk Melabeli Seksualitasnya

    Bintang Heartstopper Kit Connor Menjelaskan Mengapa Dia ...

    28 May 2022

  • The World to Come Menemukan Cinta Terlarang di Musim Dingin New York Abad XIX

    The World to Come Menemukan Cinta Terlarang ...

    10 October 2021

  • Supernova: “Saya Berharap Liburan Ini Tidak Akan Berakhir”

    Supernova: “Saya Berharap Liburan Ini Tidak Akan ...

    1 August 2021

  • Twilight’s Kiss Kisah Romansa Dua Lelaki Lansia Gay dalam Menemukan Cinta

    Twilight’s Kiss Kisah Romansa Dua Lelaki Lansia ...

    28 February 2021

  • Lingua Franca : Kisah Imigran Trans Filipina Mencari Cinta (dan Green Card)

    Lingua Franca : Kisah Imigran Trans Filipina ...

    7 February 2021

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.