17 April 2021
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Cerita » [Kisah] Noval Auliady – Bagian ke-1 : Melawan Tindakan Abusif

[Kisah] Noval Auliady – Bagian ke-1 : Melawan Tindakan Abusif

Posted by :katumiri Posted date : 27 January 2017 In Cerita 0

Oleh: Siti Rubaidah

Suarakita.org – Ditemani segelas lemon squash dan suasana yang cukup romantis di sebuah cafe taman di bilangan Tebet, Suara Kita berkenalan dan wawancara dengan Noval Auliady.  Sosok tamu Suara Kita kali ini adalah seorang mahasiswa Sosiologi salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta dan tinggal di Depok.

Saat berkenalan terlihat bahwa sosok Noval sangat ramah dan hangat. Dia terlihat sangat feminim dan semampai dengan tinggi badan 170 cm dan berat badan 50 kg.  Berbalut kaos dan celana pendek hitam, dengan rambut sebahu bercat warna kuning keemasan dan riasan wajah serta celak mata yang eksentrik membuat sempurna penampilan Noval Aulady malam itu.

Setelah sesi perkenalan yang singkat, Noval tak segan menuturkan kisahnya kepada Suara Kita. Dari ceritanya yang polos banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran. Di mana, kekerasan seringkali dihadapi oleh kaum homoseksual. Masyarakat menganggap mereka sebagai orang aneh dan menyimpang sehingga layak untuk dihina, dilecehkan, dan dipukul. Sementara itu sistem hukum di negara kita belum memberikan pembelaan dan perlindungan bagi kelompok ini. Sehingga mereka rentan, terpinggirkan dan menjadi kelompok minoritas yang terampas hak-haknya tanpa ada perlindungan.

“Awalnya aku kuliahjurusan Desain Interior di sebuah Perguruan Tinggi Swasta yang cukup ternama di Jakarta. Tetapi di sana kurasa kurang homofriendly, walaupun banyak homonya tetapi yang muncul adalah senioritas. Di sana aku sering mendapatkan ancaman dan teror yang membuat tidak nyaman sehingga kuputuskan pindah,” kata Noval mengawali perkenalannya.

Disertai senyuman getir Noval melanjutkan kisahnya. Noval adalah anak hasil hubungan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki oleh keluarganya. Sehingga ketika mamanya mengandung keluarga besarnya sangat membenci. Mereka menganggap bahwa kehamilan tersebut menjadi aib dan pemecah belah keluarga.

Setelah lahir, Noval kecil seringkali mendapat perlakuan buruk dari keluarga. Latar belakang keluarganya yang Polisi dengan disiplin yang keras menjadi penyebab Noval mendapatkan perlakuan keras dan kasar.

“Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Awalnya aku dan mama tinggal di rumah orang tua papa, tetapi karena banyak hal yang membuat tidak nyaman maka kami sering berpindah-pindah dan tinggal di rumah kontrakan. Kelas 4 Sekolah Dasar orang tuaku bercerai. Setelah itu ayah melarang kami bertemu dengan mama.”

Noval merasa sendirian karena hubungan dengan papanya  tidak dekat, dengan kakek dan nenek juga tidak dekat. Sementara kontak dengan mamanya  sangat dibatasi. Ada sebuah kejadian yang membuat Noval dan papanya tidak berbicara hampir 4 tahun.

“Suatu ketika aku membawa adik-adik bertemu mama. Saat pulang kami membawa sisa makanan ke rumah dan ketahuan oleh papa. Sedihnya papa membakar makanan kami. Aku bahkan tidak boleh punya HP karena takut akan kontak mama,” kenang Noval sedih.

Berbeda dengan adik-adiknya yang lebih dekat dengan ayah dan kakek-nenek, Noval justru merasa sendiri. Sebagai anak kecil yang masih SD pastilah pengen cerita-cerita kepada orang tuanya. Tetapi karena ada larangan bertemu dan kontak mama maka membuat Noval sedih, bingung dan merasa terasing dirumah sendiri. Yang dilakukannya setiap hari tak lebih dari sekedar keluar masuk, makan-minum, minta duit dan tidur. Oleh karena itu Noval memilih dekat dengan teman-teman dan jarang pulang ke rumah.

“Aku mempunyai seorang paman yang entah kenapa sangat membenciku. Dengan alasan yang tidak jelas dia marah dan bersikap abusif terhadap aku yang masih kanak-kanak. Suatu hari, saat ayah dan keluargaku ke luar kota, dia menyekap aku di kamar, menutup kepalaku dengan bantal dan memukuli aku. Untung kemudian datang PRT kami dan mencoba melepaskan aku dari perlakuan kasar pamanku. Tapi pamanku berdalih bahwa dia memukuli karena aku menggunakan narkoba. Padahal aku sama sekali tidak melakukannya.”

Pasca kejadian Noval dan adik-adiknya terpaksa pergi dari rumah dan menginap di rumah tetangga. Ketika mamanya datang, mereka dilarang untuk bertemu. Padahal kondisi Noval sangat parah, biru lebam seluruh badan akibat dipukuli. Tetangga yang care berusaha untuk melaporkan kejadian. Tetapi mungkin karena latar belakang keluarga Noval yang Polisi dan cukup terpandang maka laporannya musnah begitu saja. Dan anehnya, seminggu setelah kejadian tetangga yang menolong Noval tiba-tiba pindah rumah. Sangat misterius bagi logika Noval kecil untuk menalar kejadian-kejadian yang dialaminya.

Termasuk ketika Noval mengadu kepada gurunya di sekolah, kembali Noval mendapatkan jawaban yang tidak masuk akal, “Mungkin itu salah kamu, coba kamu introspeksi diri lagi.”

Gubrak, jawaban macam itu? Anak kecil dipukuli dan kemudian dipersalahkan atas perbuatan salah yang tidak dimengertinya.

Atas kejadian tersebut Noval berusaha menghubungi Komisi Nasional Perlindungan Anak yang dipimpin oleh Kak Seto. Noval mendapatkan informasi tentang adanya Komisi Nasional Perlindungan Anak dari seorang teman yang kebetulan ayahnya bergabung di sana.

Ketika Noval menceritakan kronologi kejadian ada rasa simpati dan kasihan, tetapi sayang setelah melapor tidak ada tindakan apapun yang dilakukan. Noval kecil menduga, apakah karena mereka kenal dengan keluarganya sehingga kasus ini tidak ditindaklanjuti? Dan pertanyaan ini sampai sekarang belum terjawab juga.

Tak berhenti sampai disitu, Noval Aulady juga melaporkan kekerasan yang dialaminya ke lembaga-lembaga LGBT Internasional yang diketahuinya dengan cara browsing di internet.  Saat itu Noval menganggap di Indonesia belum ada lembaga semacam. Setelah itu banyak yang memberikan saran dan masukan agar melaporkan kekerasan yang dialaminya ke lembaga lain.

“Waktu itu aku masih SMP. Sangat tidak mengenakkan datang bolak-balik ke beberapa lembaga, kemudian menceritakan kejadian yang sama secara berulang-ulang, sangat menguras tenaga dan membuat capek, “ kata Noval kesal.

Begitulah penuturan kisah sedih Noval Aulady yang kemudian membuatnya terus mencari keadilan dan berjuang. Kini Noval sudah bukan anak kecil lagi. Sejak diusir oleh Pamannya tahun 2016, Noval sempat menginap selama 2 bulan dirumah Pendeta Gereja Komunitas Anugerah di Salemba. Dari sanalah kemudian Noval  berkenalan dengan banyak komunitas, seperti Arus Pelangi, Suara Kita, Jakarta Feminis Doscussion Group dan SGRC.

Menurutnya, “Kalau di kampus aku lebih pilih-pilih teman karena seringkali mereka ofensif ke aku. Tetapi ketika di komunitas–komunitas yang mendukung, seperti Jakarta Feminis Discussion Grup, dimana orang-orangnya sangat ramah, maka aku lebih positif. Ketika di jalan karena aku bermake-up maka sering di harrast. Tetapi kini teman-temanku yang protektif.”

Baru-baru ini Noval Aulady juga bergabung dengan Aliansi Remaja Independen (ARI).  Kini Noval telah tumbuh menjadi remaja yang aktif dalam berbagai komunitas dengan segudang aktifitas yang produktif.

Share Button
Tags
KisahLGBTlgbt indonesiaNoval AuliadySiti Rubaidah
tweet
Survei LGBT Australia: Peraya Sipil Jangan Menolak Melakukan Upacara Pernikahan Sejenis
[Kisah] Noval Auliady – Bagian ke-2 : Coming Out dan Terus Mengeksplorasi Diri

Related posts

  • Kisah Pasangan Gay Temukan Bayi Telantar dan Membesarkannya Hingga Dewasa

    Kisah Pasangan Gay Temukan Bayi Telantar dan ...

    11 April 2021

  • Kita Tidak Berbeda Kita Hanya Menjadi Diri Sendiri

    Kita Tidak Berbeda Kita Hanya Menjadi Diri ...

    28 March 2021

  • Seksisme Shukatsu: Pencari kerja Jepang Melawan Diskriminasi

    Seksisme Shukatsu: Pencari kerja Jepang Melawan Diskriminasi

    4 February 2021

  • Caroline Cossey Berjuang Tanpa Lelah untuk Persamaan Hak

    Caroline Cossey Berjuang Tanpa Lelah untuk Persamaan ...

    8 January 2021

  • Sebagai Penyintas Terapi Konversi, Saya Coming Out Agar Orang Lain Tidak Pernah Merasa Sendiri

    Sebagai Penyintas Terapi Konversi, Saya Coming Out ...

    11 October 2020

Leave a Comment

Click here to cancel reply.

Populer

  • Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    4 January 2013
  • Surat Terbuka Kepada Fahira Idris

    20 March 2013
  • Komunitas Gay Protes Pernyataan Khofifah Indar Parawansa

    6 July 2012
  • [Kisah] Aku Seorang Asexual

    [Kisah] Aku Seorang Asexual

    29 October 2015
  • <!--:id-->Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012<!--:-->

    Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012

    5 April 2012
  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.