4 July 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Internasional » Johnson & Johnson: Tidak Ada Bukti Obat HIV ini Melindungi Terhadap Corona

Johnson & Johnson: Tidak Ada Bukti Obat HIV ini Melindungi Terhadap Corona

Posted by :katumiri Posted date : 18 March 2020 In Internasional Comments Off on Johnson & Johnson: Tidak Ada Bukti Obat HIV ini Melindungi Terhadap Corona

SuaraKita.org – Salah satu perusahaan produk perawatan kesehatan terbesar di dunia Johnson & Johnson mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti bahwa obat pencegah HIV memiliki efek terhadap virus corona.

Para ilmuwan di seluruh dunia bergegas mencari sumber vaksin untuk virus mematikan yang dimulai di provinsi Wuhan, Cina. Pada awal minggu ini, lebih dari 175.000 orang telah terjangkit  COVID-19 dan hampir 6.700 orang telah meninggal.

Dalam kepanikan untuk mengatasi kasus, banyak otoritas kesehatan sedang menguji perawatan HIV untuk mengobati pasien yang didiagnosis dengan COVID-19. Beberapa bahkan melaporkan kesuksesan , tetapi sangat berhati-hati dalam menyatakannya sebagai “obat”.

Tetapi pejabat Johnson & Johnson menulis dalam sebuah pernyataan bahwa obatnya, Prezista, memiliki dampak kecil dalam memerangi SARS-CoV-2, virus itu sendiri.

Protease inhibitor darunavir produksi perusahaan tersebut – yang diberi nama Prezista – sering digunakan dengan agen pendorong dan dalam kombinasi dengan ARV lain.

Dalam pernyataannya, Johnson & Johnson mengatakan anekdot yang mengklaim bahwa Prezista efektif dalam mengekang COVID-19 adalah “tidak berdasar”.

“Johnson & Johnson tidak memiliki bukti bahwa darunavir memiliki efek terhadap SARS-CoV-2,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

“Johnson & Johnson sedang menskrining senyawa antivirusnya, termasuk darunavir, untuk menentukan efek in vitro potensial terhadap SARS-CoV-2.”

Eksperimen in vitro mengacu pada tes yang dilakukan dalam sel.

“Kami bermitra dengan banyak organisasi”, pernyataan itu melanjutkan, “untuk mendukung pengembangan program penelitian dan solusi jalur cepat untuk COVID-19.”

Pernyataan itu juga mengatakan bahwa penggunaan perawatan HIV didasarkan pada data klinis yang tidak dipublikasikan yang digunakan pada pasien yang terinfeksi sindrom pernapasan akut, virus yang mirip dengan pandemi.

Lembut dan penuh dengan paku, jenis virus corona yang mencekik dunia pertama kali muncul pada bulan Desember 2019 dan dilacak ke pasar makanan laut dan ternak di provinsi Wuhan yang sibuk.

COVID-19 dengan cepat menyebar ke luar Cina ke Prancis, Jerman, Jepang, Amerika, Australia, Singapura, Malaysia, Indonesia, Kamboja, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Kanada, dan Nepal. (R.A.W)

Sumber: pinknews

Share Button
Tags
CoronavirusCOVID-19HIVJohnson & JohnsonLGBTlgbt indonesiaObat HIV
tweet
Orang LGBT 46% Lebih Mungkin untuk Merokok dan Penelitian Menjelaskan Alasannya
Tantangan Publikasi Kisah LGBT

Related posts

  • Parade Pride Thailand Diadakan Resmi Setelah 16 tahun

    Parade Pride Thailand Diadakan Resmi Setelah 16 ...

    7 June 2022

  • APCOM merilis Laporan Tahunan 2021 dan Selamat Merayakan Bulan Kebanggaan 2022 Semuanya

    APCOM merilis Laporan Tahunan 2021 dan Selamat ...

    3 June 2022

  • Marvel Memperkenalkan Pahlawan Super Transgender

    Marvel Memperkenalkan Pahlawan Super Transgender

    21 May 2022

  • Pemerintah Tokyo Berencana Untuk Memulai Sistem Kemitraan Sesama Jenis Pada November

    Pemerintah Tokyo Berencana Untuk Memulai Sistem Kemitraan ...

    14 May 2022

  • Museum LGBTQ+ Pertama di Inggris Dibuka di London

    Museum LGBTQ+ Pertama di Inggris Dibuka di ...

    10 May 2022

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.