1 March 2021
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Internasional » Pengucilan Sosial Batasan Karir yang Menghalangi Para Profesional STEM

Pengucilan Sosial Batasan Karir yang Menghalangi Para Profesional STEM

Posted by :katumiri Posted date : 25 January 2021 In Internasional 0

SuaraKita.org – Kebanggaan profesional LGBT dalam pekerjaan sains, teknologi, teknik, dan matematika (science, technology, engineering, and math/STEM) tidak terbalas, kata para peneliti.

 Para profesional STEM ini lebih mungkin mengalami keterbatasan karir, pengucilan dan pelecehan sosial , dan devaluasi pengetahuan ilmiah dan teknis mereka daripada rekan non-LGBT mereka, menurut penelitian Universitas Michigan (UM) yang baru.

Pegawai LGBT juga melaporkan lebih banyak kesulitan kesehatan, serta niat yang lebih besar untuk meninggalkan disiplin STEM dan sektor pekerjaan — pola yang tidak dijelaskan oleh perbedaan dalam pelatihan, pengalaman atau dedikasi kerja.

Dalam beberapa dekade terakhir, upaya yang lebih besar untuk mendiversifikasi bidang STEM telah diintensifkan untuk mengubah dinamika profesi yang didominasi pria kulit putih. Penelitian sebelumnya mendokumentasikan ketidaksetaraan berdasarkan ras dan jenis kelamin, tetapi sosiolog UM Erin Cech dan rekannya Tom Waidzunas dari Temple University menganalisis pengalaman di antara para profesional LGBT.

“Pertanyaan apakah para profesional LGBT menghadapi kerugian sistemik dalam STEM penting, tidak hanya untuk sepenuhnya memetakan lanskap ketidaksetaraan demografis di STEM tetapi untuk mengidentifikasi tempat-tempat di mana STEM gagal memenuhi cita-cita meritokratiknya,” tulis para peneliti.

Data berasal dari masyarakat profesional terkait STEM dengan sekitar 25.000 anggota, termasuk 1.000 individu yang mengidentifikasi diri sebagai lesbian, gay, biseksual, transgender, atau queer. Erin Cech dan Tom Waidzunas memeriksa potensi ketidaksetaraan berdasarkan status LGBT dalam lima dimensi: peluang karir , devaluasi profesional, pengucilan sosial, kesulitan kesehatan dan kebugaran, dan niat untuk meninggalkan STEM.

Para profesional LGBT memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mereka daripada rekan non-LGBT dan lebih sedikit akses ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik, penelitian tersebut menunjukkan. Selain itu, jika merasa terancam, mereka kurang percaya diri untuk melakukan pelaporan tanpa takut akan adanya pembalasan.

Sekitar 20% profesional LGBT juga mengatakan bahwa mereka merasa diremehkan tentang keahlian STEM mereka, meskipun memiliki pengalaman dan tingkat pendidikan yang sama dengan rekan non-LGBT mereka.

Sepertiga dari responden mengalami pengucilan sosial dibandingkan dengan 22% rekan non-LGBT mereka. Sekitar 30% responden LGBT mengalami pelecehan di tempat kerja pada tahun lalu, studi tersebut menunjukkan.

Karena lingkungan kerja yang negatif, beberapa pegawai LGBT mengalami masalah kesehatan dan kebugaran selama setahun terakhir. Beberapa hasil yang dikutip adalah stres, depresi, dan insomnia.

Akhirnya, 22% profesional LGBT mempertimbangkan untuk meninggalkan STEM setidaknya sekali dalam sebulan terakhir dibandingkan dengan 15% untuk rekan-rekan mereka. Sekitar 12% dari responden LGBT (vs. 8% dari non-LGBT) berencana untuk menemukan karir yang berbeda dalam lima tahun ke depan, lapor penelitian tersebut.

“Kami menduga kami mungkin menemukan bahwa para profesional LGBT mengalami marginalisasi di antara rekan-rekan mereka, karena bias yang bertahan lama terhadap orang-orang yang mengidentifikasi LGBT,” kata Erin Cech, asisten profesor sosiologi. “Apa yang mencolok adalah bahwa ketidaksetaraan ini meluas ke cara rekan kerja memperlakukan kontribusi ilmiah dan teknis mereka.

“Kerugian ini tidak hanya memengaruhi karir profesional LGBT, tetapi juga memengaruhi mereka dengan cara yang sangat pribadi — memperkuat pengalaman stres, insomnia, dan masalah kesehatan lainnya.” (R.A.W)

Jurnal penelitian dapat diunduh pada tautan berikut:

Download (PDF, 470KB)

Sumber:

phys

Share Button
Tags
Erin CechIlmuwankarirLGBTlgbt indonesiaMichigan UniversitypenelitianSTEMTom Waidzunas
tweet
Pengadilan Eropa Memutuskan Rumania Melanggar Hak Transgender
Draf RUU Taiwan Mengakui Kesetaraan Pernikahan Internasional

Related posts

  • Pemerintah Selandia Baru Berjanji untuk Melarang Terapi Konversi

    Pemerintah Selandia Baru Berjanji untuk Melarang Terapi ...

    26 February 2021

  • Kelompok LGBT dan Etnis Turun ke Jalan untuk Memprotes Junta Militer Myanmar

    Kelompok LGBT dan Etnis Turun ke Jalan ...

    24 February 2021

  • Seruan Komisi HAM Internasional untuk Pencabutan Hukum Homofobik Jamaika

    Seruan Komisi HAM Internasional untuk Pencabutan Hukum ...

    22 February 2021

  • Tentara Inggris yang Dipecat karena LGBT Bisa Mendapatkan Medali Mereka Kembali

    Tentara Inggris yang Dipecat karena LGBT Bisa ...

    19 February 2021

  • Penelitian tentang Penilaian Orientasi Seksual Berbasis Suara yang Dapat Memicu Diskriminasi Berbasis Kelompok

    Penelitian tentang Penilaian Orientasi Seksual Berbasis Suara ...

    17 February 2021

Leave a Comment

Click here to cancel reply.

Populer

  • Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    Minang Bukan Islam,Begitu Sebaliknya (Sebuah Tanggapan)

    4 January 2013
  • Surat Terbuka Kepada Fahira Idris

    20 March 2013
  • Komunitas Gay Protes Pernyataan Khofifah Indar Parawansa

    6 July 2012
  • [Kisah] Aku Seorang Asexual

    [Kisah] Aku Seorang Asexual

    29 October 2015
  • <!--:id-->Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012<!--:-->

    Ada yang “tidak beres” dengan kritikan Juri Indonesian Idol 2012

    5 April 2012
  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.