28 June 2022
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • youtube
  • twitter
  • facebook

SuaraKita

  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Liputan
    • Siaran Pers
  • Event
  • Cerita
  • Opini
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Foto
  • Video
  • Referensi
    • Buku
    • Film
    • OV Zine
You Are Here: Home » Berita » Liputan » Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

Posted by :katumiri Posted date : 25 April 2022 In Liputan Comments Off on Belajar SOGIESC, Memahami Keragaman Gender Dan Seksualitas Di Dunia Penuh Warna

SuaraKita.org – Pada umumnya, masyarakat sudah mengenal istilah LGBT. Banyak orang memahami istilah itu adalah label bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan secara seksual dan romantis terhadap orang lain yang memiliki identitas gender dan jenis kelamin yang sama. padahal, LGBT bukan hanya sebuah label untuk ketertarikan seksual. LGBT juga menjadi label yang membantu orang untuk menentukan identitas maupun ekspresi gender. Bahkan saat ini, LGBT sudah berkembang menjadi LGBTIQ+. simbol plus berarti masih ada beragam warna pelangi setelah huruf LGBT. Untuk memahami realita keragaman gender dan seksualitas di masyarakat, kita dapat dibantu dengan memahami terlebih dahulu konsep Sexual Orientation, Gender Identity, Expression, and Sexual Characteristic atau biasa disingkat dengan istilah SOGIESC.

Kegagalan kita memahami SOGIESC berdampak pada munculnya stigma dan perilaku diskriminasi terhadap komunitas LGBTIQ di Indonesia. Tidak hanya kekerasan dalam bentuk verbal maupun fisik, stigma dan diskriminasi juga berdampak terhadap tertutupnya akses individu LGBTIQ untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Mendapatkan pekerjaan adalah salah satu pintu yang sengaja ditutup untuk teman-teman LGBTIQ.

Merespon situasi ini, SuaraKita didukung oleh APCOM berkampanye untuk mengadvokasikan lingkungan kerja yang inklusif dan bebas dari stigma maupun diskriminasi. Advokasi ini juga didasarkan pada laporan yang menyebutkan tingginya angka pengangguran komunitas LGBTIQ. Selain itu, pandemi  covid-19 yang telah berlangsung lebih dari 2 tahun justru membuat akses mendapatkan pekerjaan menjadi semakin sulit. Masih tingginya stigma dan diskriminasi juga membuat banyak perusahaan atau institusi menutup pintu bagi teman-teman LGBTIQ yang mencari pekerjaan. Maka dari itu, SuaraKita berinisiatif untuk mengajak berbagai perusahaan dan institusi untuk bersama-sama belajar konsep SOGIESC.

Dalam waktu 2 bulan, yaitu di bulan Februari–Maret, SuaraKita telah melakukan SOGIESC workshop dengan 5 perusahaan. Kelima perusahaan ini sudah menjadi mitra dari SuaraKita dan mereka merespon dengan baik ajakan untuk mengikuti workshop. Bahkan salah satu perusahaan, yaitu Mojok, justru meminta bantuan untuk mendapatkan training tentang SOGIESC. Di kegiatan ini, SuaraKita meminta bantuan fasilitator dari Slamet Rahardjo, Koordinator Nasional GWL-INA dan Christian Supriyadinata, Direktur Yayasan Kapelata.

Workshop ini diadakan baik secara daring maupun luring. Peserta dari 5 perusahaan memiliki posisi pekerjaan berbeda dari pemilik perusahaan dan direktur, sampai dengan pegawai magang. Workshop berlangsung selama 5 jam dan dibagi menjadi 2 sesi. Di sesi pertama, peserta mendapatkan pengetahuan dasar tentang SOGIESC yang kemudian dilanjutkan dengan analisa kasus kekerasan yang mungkin dialami oleh individu LGBIQ di perusahaan. Di sesi kedua, peserta mendapatkan materi yang diambil dari modul ketenagakerjaan SuaraKita yang berjudul “Mengkreasi Bisnis yang Produktif dan Inklusif Keragaman Seksualitas. Di sesi ini, peserta juga mendapatkan kesempata untuk berbincang dengan narasumber yang merupakan individu LGBTIQ yang bekerja di perusahaan. Narasumber membagikan pengalamannya bekerja di sebuah perusahaan swasta untuk memberikan pemahaman tentang tantangan individu LGBTIQ di tempat kerja.

Beberapa peserta memberikan testimoni bahwa mereka banyak mendapatkan pemahaman baru dan yang terpenting adalah mereka bisa mendekonstruksi pemikiran mereka tentang stigma terhadap komunitas LGBTIQ. Pengalaman-pengalaman yang dibagikan oleh narasumber juga menjadi masukan terhadap kebijakan maupun sistem ketenagakerjaan yang mereka miliki. Kedepannya, SuaraKita akan terus melakukan advokasi-advokasi untuk membuka ruang dialog terhadap berbagai perusahaan dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan bebas dari stigma dan diskriminasi. (R.A.W – IGK)

Share Button
Tags
APCOMgenderLGBTlgbt indonesiaLGBTIQlgbtqiSeksualitasSOGIESC
tweet
Norwegia Meminta Maaf Atas Undang-Undang Yang Melarang Seks Gay 50 Tahun Setelah Dekriminalisasi
Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Semua Orang

Related posts

  • Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok Masyarakat Rentan

    Program Pulih Bersama, Vaksinasi Covid-19 untuk Kelompok ...

    15 June 2022

  • Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Semua Orang

    Memahami SOGIESC Sama Dengan Menciptakan Lingkungan Yang ...

    27 April 2022

  • Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok Marginal

    Menciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif untuk Kelompok ...

    5 January 2022

  • Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ADB

    Belajar Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Inklusif Dari ...

    30 December 2021

  • Acara Pembukaan Sekretariat Perkumpulan SuaraKita

    Acara Pembukaan Sekretariat Perkumpulan SuaraKita

    1 November 2021

  • youtube
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2014, All Rights Reserved.