Suarakita.org - Febry Eva Lovina mengenakan ulos berwarna merah dan ungu, berdiri lantang di panggung yang latarnya tertulis Komnas Perempuan. Read more »
Suarakita.org - Ketika anak muda tumbuh, mereka akan menghadapi masa-masa penting terkait keputusan menjalin hubungan, seksualitas dan perilaku seksual. Read more »
Suarakita.org - Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia) mengusulkan agar BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) secara resmi menjadi pengganti SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Read more »
Suarakita.org – Sebelumnya kita sudah membahas bagaimana caranya Mencintai Dirimu Sediri, atau bahasa kerennya Coming In. Sekarang, jika dirimu sudah berdamai dengan dirimu sendiri dan bisa menerima dirimu, sudah saatnya kau mengatakan siapa dirimu pada dunia! Read more »
Oleh: Wisesa Wirayuda Suarakita.org – Sebagai LGBT, saya (penulis) sering kali mempertanyakan tentang diri saya. Seperti, “Siapa saya? Mengapa saya berbeda? Dan apa yang harus saya lakukan kemudian?” dan saya yakin pertanyaan-pertanyaan itu juga muncul di kepala... Read more »
Oleh : Nikodemus Niko* Suarakita.org – Cinta, lima huruf yang terangkai menjadi satu kata itu seringkali terucap oleh insan manusia. Mulai dari kalangan anak-anak muda hingga kalangan dewasa pun tidak terlepas dari pembicaraan dan bias cinta. Seribu... Read more »
Suarakita.org - LGBT sedang menjadi pusat perhatian masyarakat. Padahal, fakta sosial ini sudah lama berada di sekitar masyarakat Indonesia. Hanya saja, kali ini pembicaraan tentang LGBT lebih kompleks dari sebelumnya. Munculnya akun Gay Kids di social media menimbulkan kontroversi dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Read more »
Suarakita.org - Pada percakapan sehari-hari, terma ‘sakit’ dan ‘belok’ kerap digunakan untuk merujuk pada individu dengan preferensi seksual selain heteroseksual. Esai ini menunjukkan bahwa penggunaan kedua kata ini dapat mereproduksi heteronormativitas sebagai ideologi gender dominan. Hal ini dimungkinkan karena dua hal, yaitu: (1)Penggunaan kedua terma ini dapat menjadi wujud kekerasan kultural yang dapat melegitimasi kekerasan struktural, termasuk di dalamnya homofobia, bifobia, dan transfobia; dan (2)Bahasa sebagai produk kebudayaan dapat mengonstruksi, mereproduksi, dan melegitimasi realita yang menjadi world-view individu dalam menafsirkan dunia secara rasional. Read more »