Kaldera Sepi, berdiri tegap pada gelombang rindu seorang pemuda. Aku laki- laki, siapakah engkau bergemuruh deburkan asa. Aku bagai pasir, menunggu tubuh diterjang ombak. Tidak ada waktu untuk berlari, untuk berteriak, engkau terisak. Aku dan engkau adalah... Read more »
SuaraKita.org - Puisi ini dipersembahkan untuk dua teman yang mengalami pencambukan di Aceh tanggal 23 Mei 2017. Tetap Tegar Teman… Read more »
EMPAT PULUH LIMA HARI hujan pertama yang jatuh di punggungmu ialah riwis yang ceriwis. lalu smartphone kita bersigenggam. dan dunia njelma percakapan yang akukau terkutuk didalamnya. lagi dan lagi. candu dan candu lagi. sampai kemudian kita pada... Read more »
SuaraKita.org - Puisi ini dipersembahkan untuk setiap transgender yang sedang memperjuangkan kemanusiannya dan instiusi negara dan agama yang lalai pada kemanusiaan mereka. Read more »
SuaraKita.org - Rinai hujan pagi ini baru saja berakhir. Digantikan oleh tirai cahaya yang menyusupi celah-celah awan. Wangi tanah basah menentramkan hati siapa saja yang menghirupnya. Di balik bukit itu, di antara pucuk-pucuk cemara. Muncul sebentuk prisma cahaya warna-warni. Membusur sempurna melukisi kanvas langit. Simfoni merah-jingga-kuning-hijaubiru-nila-dan ungu. Read more »
Kupersilakan, pelacur, waria, peminum untuk beribadat didalamnya. Syiah, Sunni, Ahmadiyah, kuberi tempat. Bersujud dalam khusyu. Read more »
Suarakita.org - Perisai embun, Basah.... Berlumur lendir bercampur darah Bersimbah luka dan kenikmatan; menyatu peluk Kemudian senyum dalam kegetiran Sembari menyulut rokok sebatang Read more »